Apa yang terjadi jika seluruh sejarah yang kita ketahui hanyalah tabir? Di ambang keruntuhan Majapahit, terkuak rahasia yang jauh lebih mengguncang daripada perang itu sendiri. Bukan pedang yang menghancurkan, melainkan bisikan, pengkhianatan, dan kebenaran yang sengaja dibungkam.
"Gerhana di Semeru" mengajak kita menyusuri lorong-lorong istana Wilwatikta yang megah namun penuh intrik, di mana ambisi tersembunyi di balik senyum para bangsawan. Pradipta Wisesa, seorang ksatria yang setia, mulai merasakan keretakan di fondasi kerajaannya. Ia menyaksikan sendiri bagaimana Majapahit, yang digadang-gadang sebagai pusat peradaban, justru perlahan mati karena keserakahan dan kelalaian para pemimpinnya, bukan oleh musuh dari luar.
Perjalanan Pradipta membawanya bertemu dengan sosok-sosok misterius seperti Syekh Malik al-Faruqi, seorang ulama yang berbicara tentang keadilan yang lebih tajam dari pedang , dan Nyai Rarasati, seorang dalang yang mampu melihat kebenaran di balik setiap lakon wayang. Di tengah gejolak perang saudara dan bisikan pengkhianatan, Pradipta, Rarasati, dan Syekh Malik mencari makna sejati dari kekuasaan dan identitas.
Namun, pencarian mereka tak hanya berujung pada pencerahan, melainkan juga pada pengungkapan rahasia yang lebih dalam: pertemuan dengan sosok Sabdo Palon yang tak lekang oleh waktu, dan sebuah lontar yang mengisyaratkan kebangkitan Majapahit dalam bentuk yang tak terduga.
Novel ini akan mengguncang pemahaman Anda tentang sejarah. Apakah Majapahit benar-benar runtuh, atau hanya bertransformasi menjadi sesuatu yang tak kasat mata, menunggu untuk dikenali oleh mereka yang berani melihat melampaui ilusi kekuasaan?
Cukup panggil saya Agung webe. Saya adalah orang biasa yang menulis untuk membantu diri saya sendiri. Membantu menemukan kebajikan dan kesadaran untuk kehidupan yang saya jalani. Mari kita belajar bersama, berkembang dan tumbuh bersama
Email: [email protected]