Malam-malam di beranda rumah panggung berubah jadi rahasia yang tak pernah ia ceritakan pada siapa pun. Dari ciuman kecil di pundak hingga pelukan yang semakin erat, Yeni menyerahkan segalanya—tak hanya tubuhnya, tapi juga hati yang penuh harapan. Ryan tak pernah mengucap kata cinta, namun bagi Yeni, setiap sentuhannya adalah janji. Gadis desa itu percaya, ini adalah cara orang kota menunjukkan sayang. Tapi, benarkah Ryan merasakan hal yang sama, atau ada sesuatu yang disembunyikan di balik senyumnya?
Enam bulan berlalu, dan KKN berakhir. Ryan pamit dengan pelukan singkat dan janji samar, “Nanti aku hubungi kamu.” Yeni menunggu, hari demi hari, dengan nomor telepon yang tak pernah aktif. Rindu yang membakar tubuhnya mendorongnya melakukan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya—meninggalkan desa, menempuh perjalanan jauh ke Jakarta, hanya untuk mencari jawaban. Apa yang akan ia temukan di kota besar itu? Apakah Ryan masih mengingatnya, atau ada kenyataan pahit yang menanti?
Di kantin kampus yang ramai, Yeni berdiri membeku, menatap Ryan yang tertawa bersama seorang gadis lain. Jantungnya berdegup kencang, campuran harapan dan ketakutan. Saat ia memberanikan diri menyapa, kata-kata Ryan seperti pisau: “Maaf, kamu siapa?” Kenangan malam-malam penuh kemesraan, saat ia menyerahkan segalanya yang paling berharga, tiba-tiba terasa kosong. Bagaimana bisa pria yang begitu dekat dengannya kini memandangnya sebagai orang asing? Apa yang sebenarnya terjadi di hati Ryan selama ini?
Dalam perjalanan pulang dengan bus malam, air mata Yeni jatuh tanpa suara. Ia masih mencintai Ryan, meski pria itu telah melupakannya sepenuhnya. Setiap sentuhan, setiap pelukan, setiap momen yang ia anggap suci, kini hanya jadi luka yang ia bawa sendiri. Akankah Yeni menemukan cara untuk melepaskan cinta yang tak pernah terbalas ini, atau ia akan terus terjebak dalam bayangan pria yang tak lagi mengenalnya? Di balik kesederhanaan gadis desa itu, tersimpan kisah yang jauh lebih dalam—kisah tentang cinta, pengorbanan, dan kehampaan.
Kamu tanya, aku menjawab
Kamu minta, aku berikan
'Ku sayangi kamu
'Ku bicara, kamu yang diam
Ku mendekat, kamu menghindar
Separah inikah kamu dan aku?
Bagaimana bisa aku tak ada
Di setiapmu melihat?
Sementara 'ku ada
Bagaimana bisa kamu lupakan
Yang tak mungkin dilupakan?
Aku selalu cinta - selalu cinta
Kamu hilang, aku menghilang
Semua hilang, yang tak kukira
Jangan tanya lagi, tanya mengapa!
Bagaimana bisa aku tak ada
Di setiapmu melihat?
Sementara 'ku ada
Bagaimana bisa kamu lupakan
Yang tak mungkin dilupakan?
Aku selalu cinta tapi kamu tidak
Tapi kamu tidak
Tapi kamu tidak
Bagaimana bisa aku tak ada
Di setiapmu melihat?
Sementara 'ku ada
Aku selalu ada
Bagaimana bisa kamu lupakan
Yang tak mungkin dilupakan?
Aku selalu cinta tapi kamu tidak
Tapi kamu tidak...
Tapi kamu tidak...