“Aku baru saja menyaksikan secara langsung arti dari ‘pelepasan biologis’. Dan sebagian dari diriku yang paling gelap dan paling jujur, menginginkannya. Aku sangat, sangat menginginkannya.” (Bab 4: Pintu yang Tak Sepenuhnya Tertutup)
“Pelajaran pertama,” bisiknya, “adalah mengenal titik-titik sensitifmu.” (Bab 6: Pelajaran Biologi Praktik Pertama)
“Jangan biarkan egomu merusak pelajaran ini. Pelajaran hari ini bukan tentang berapa lama kau bisa bertahan. Tapi tentang bagaimana rasanya. Dan kau merasakannya, kan?” (Bab 9: Bilasan Air Hangat dan Dosa)
“Kali ini,” katanya dengan suara serak yang penuh perintah. “Aku ingin kau mengeluarkannya di wajahku. Tumpahkan semuanya untukku, Novri. Penuhi wajahku dengan cairanmu.” (Bab 10: Ujian Remedial Tengah Malam)
“Pelajaran biologiku telah selesai. Aku telah lulus, dan kini aku hanyalah seorang alumni.” (Bab 11: Pasien Berikutnya)
***
Di sebuah bangsal VVIP yang lebih mewah dari hotel bintang lima, seorang pemuda bernama Novri memulai masa pemulihannya. Kompensasi atas sebuah kesalahan medis sepele telah menempatkannya di dalam sangkar emas, di mana setiap sudutnya berkilauan dengan kemewahan yang janggal. Namun, ia akan segera menyadari bahwa ganti rugi yang sesungguhnya bukanlah kamar yang megah atau makanan yang lezat, melainkan sebuah ‘paket perawatan’ yang tidak akan pernah ia temukan dalam brosur rumah sakit mana pun.
Kurikulumnya dipegang oleh Suster Cindy, seorang perawat dengan senyum selembut sutra dan tubuh sekeras dosa. Di balik seragam putihnya yang pas badan, tersimpan pengetahuan yang tak ternilai harganya—pengetahuan tentang anatomi hasrat dan biologi kenikmatan. Ia adalah sang guru, dan Novri, dengan segala kepolosan dan keperjakaannya, adalah murid terpilih yang akan menerima pelajaran praktik secara privat, di atas ranjang pasien yang putih dan steril.
Dengan dalih ‘manajemen stres’ dan ‘prosedur pelepasan biologis’, pelajaran pun dimulai. Sentuhan yang tadinya terasa klinis perlahan berubah menjadi belaian yang membakar. Istilah-istilah medis yang rumit diterjemahkan menjadi desahan dan erangan di dalam ruangan kedap suara. Mulut yang seharusnya menanyakan keluhan, kini bertugas memberikan kenikmatan yang belum pernah terpetakan oleh sang murid.
Bagi Novri, setiap sesi adalah pertarungan antara rasa malu dan gairah yang meledak-ledak. Batas antara pasien dan mainan, antara terapi dan dosa, menjadi kabur oleh keringat dan aroma parfum sang suster. Ia diajarkan untuk merasakan, untuk meminta, dan untuk meledak dalam orgasme yang dikelola secara profesional, dicatat sebagai ‘kemajuan’ dalam status kesembuhannya.
Namun di bangsal eksklusif ini, setiap murid baru berarti kelulusan bagi murid sebelumnya. Saat pelajaran biologi paling intim ini mencapai puncaknya, pertanyaan sesungguhnya bukanlah apakah sang murid akan lulus, melainkan apakah ia akan sanggup menerima kenyataan saat kelasnya telah usai dan seorang pasien berikutnya datang untuk mendaftar
Contents:
Kandang Emas Bernama Kompensasi—1
Tetangga Penuh Teka-teki—15
Ritual Pembersihan Pak Luki—27
Pintu yang Tak Sepenuhnya Tertutup—41
Prosedur Standar Operasional—51
Pelajaran Biologi Praktik Pertama—63
Di Balik Senyum Sang Perawat—81
Peresmian Tiga Arah—91
Bilasan Air Hangat dan Dosa—107
Ujian Remedial Tengah Malam—123
Pasien Berikutnya—137