Kumpulan Cerita Dewasa 21++: Cerita Romantis Dewasa 21++

· Kumpulan Cerita Dewasa 21++ Issue #192 · Lovely Story Publisher
4.8
9 reviews
Ebook
25
Pages
Eligible
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

Dapatkan free ebook sinopsis dan pratinjau judul kami lainnya di:

-> -> bit.ly/andini-citras <- <-

*

Keunggulan Ebook ini:

- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab

- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia

- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar

- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera

- Bisa ganti jenis font

- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam

----------

Contents

Pergaulan Bebas Vony—1

*

Sinopsis

Kamu boleh cumbu aku tapi jangan katakan cinta, mungkin itu gambaran yang tepat buat Vony. Pergaulan malam Diskotik, membawa wanita cantik itu menganut paham free sex dan melakoni one night stand entah sudah dengan beberapa pria, dan itu tak terhitung.

Hal ini tentu membuat John aneh, karena baru beberapa hari berkenalan dengan Vony, ia sudah mau dipeluk dan dicumbu, yang akhirnya membuat ia mundur dari persaingan memperebutkan cinta si Cantik Vony

*

Pratinjau

Setelah hubungan aku dan Vita bubar, aku mencoba mendekati wanita lain untuk berusaha melupakan Vita. Walaupun akhirnya aku sendiri yang mundur teratur karena takut wanita ini sakit hati karena aku selalu membandingkan dia dengan Vita. Dan inilah sebagian ceritaku dengan Vony.

Seperti biasa, setiap hari Sabtu malam aku selalu ke Fantasia Galeria.

Main video game di sana. Sejak hubunganku dengan Vita bubar, aku tidak ada kerjaan lain selain main game kalau malam minggu. Setelah main beberapa kali aku duduk di kafe sambil minum Fanta, minuman favoritku di sana. Dari arah Time Zone aku melihat ada seorang wanita yang cantik.

Aku akui wanita ini lebih cantik dari Vita, tapi ada kesan judes dan sombong di wajahnya. Berambut panjang sepunggung (lebih panjang dari Vita), ikal dan berwarna kemerahan. Tubuhnya bisa dikatakan montok jika tidak mau dikatakan gemuk, tidak gemuk memang. Dadanya aku tidak tahu ukuran berapa, karena untuk ukur-mengukur aku memang bukan ahlinya. Aku duduk di bar dan wanita itu bersama 2 orang wanita lain temannya duduk di meja, di depanku. Secara garis lurus aku bisa memandang dia secara langsung. Aku benar-benar tertarik dengan kecantikan wanita ini. Kupandangi dia terus sampai beberapa kali sehingga aku tertangkap basah sedang memperhatikan dia.

Setelah agak puas, aku kemudian meneruskan main game. Sekitar pukul 20.45, kuajak temanku pulang, cari roti bakar. Dan biasanya setelah main game aku memang makan roti bakar di daerah UGM. Di tangga turun aku melihat wanita yang tadi ada di situ. Lalu dengan membesarkan hati dan memberanikan diri, kuajak dia kenalan.

“Vony”, begitu dia sebut namanya.

“John”, sahutku.

“Ini temanku Lily”, sambungnya.

“Hai..” sahutku.

Inilah pertama kalinya aku kenalan dengan wanita di tempat umum seperti ini. Selama ini teman wanitaku selalu teman kuliah. Teman SMA wanitaku sedikit sekali, soalnya SMA-ku tuh laki-laki semua. Jadi teman wanita SMA-ku paling dari SMA yang wanita semua karena 2 sekolah kami sering mengadakan malam keakraban waktu SMA dulu. Untuk pertama kalinya aku mengenal wanita di luar lingkup studiku. Kami mengobrol beberapa menit dan akhirnya berpisah karena dia juga sudah mau pulang. Dan bodohnya aku, aku lupa tidak meminta nomor teleponnya.

Selang beberapa hari, aku tahu kalau Lily itu adiknya teman kuliahku. Akhirnya dengan sedikit usaha aku bisa dapatkan nomor telepon Vony. Hari Kamis malam kuteleponi Vony untuk pertama kalinya. Kami mengobrol beberapa hal dan sebelum kututup dia kuajak keluar bareng malam minggu nanti.

“Besok malam minggu kamu ada acara enggak?” tanyaku.

“Memangnya ada apa?” Vony balik bertanya.

“Enggak.., enggak ada apa-apa. Kalo enggak ada acara aku mau ajak kamu keluar makan”, kataku.

“Hmm.. Oke”, jawabnya setuju.

“Yap.. jam 7 malam nanti kujemput”, lanjutku senang.

“Baik, aku tunggu”, jawabnya. Dan kami ber-say goodbye lalu telepon kututup.

Malam minggu itu aku keluar makan malam dengannya. Acara berlangsung lancar tiada hal yang istimewa. Kami makan dan mengobrol terus pulang. Maklum, di Yogya tidak ada tempat hiburan. Ada sih beberapa diskotek, tapi aku tidak suka tempat seperti itu. Lampu diskonya itu yang bikin aku pusing. Kampungan, pasti itu pikiran beberapa orang dari kalian yang membaca ini. Enggak apa-apa, sampai saat ini aku tidak pernah menyesal dan malah bergembira karena aku tidak pernah menyukai kehidupan malam seperti itu. Malam minggu itu berakhir biasa, aku antar dia pulang dan setelah itu aku pulang.

Sejak hari itu aku sering main ke rumahnya. Beberapa minggu perkenalan kami biasa saja. Aku masih belum menyinggung soal suka dan sayang apalagi cinta. Aku jalani saja dengan pelan. Sampai akhirnya, hari itu Jumat malam, aku main ke rumahnya. Tetapi aku hampir saja pulang lagi karena kulihat Vony sudah bersiap pergi dengan keluarganya.

“Mau pergi, Von?” tanyaku.

“Tadinya sih, tapi kamu sudah di sini, ya udah.. aku enggak jadi ikut”, jawabnya.

“Wahh.. kalau mau pergi ya pergi aja, nanti Papa marah lho kalau kamu enggak jadi ikut. Aku pulang khan enggak masalah”, kataku.

“Enggak ah.. dasarnya aku tuh dari tadi udah malas untuk ikut. Kebetulan kamu datang jadi aku ada alasan enggak ikut”, jawab Vony.

“Waduhh.. celaka nih”, pikirku. Belum-belum sudah bikin masalah sama papanya Vony nih. Tapi untungnya keluarganya tidak begitu mempermasalahkannya. Dan akhirnya kami ditinggal berdua di rumah itu bersama 1 orang pembantu. Kami mengobrol di ruang depan yang digunakan untuk salon kecantikan.

Kemudian Vony memutar lagu dari mp3 componya. Lagu slow yang mengalun santai. Lalu dia mengajak aku dansa.

“Dansa yuk..” ajaknya.

“Ha..” aku kan tidak bisa dansa pikirku. Memang sih aku pernah belajar dansa dari papaku yang jago dansa. Tapi terakhir kali kulakukan tuh SMP. Sudah 5 tahun lebih.

“Sudah ayoo.. pelan-pelan aja”, katanya seperti tahu apa yang sedang kupikirkan. Aku beranjak berdiri dan kemudian berdansa dengan pelan. Aku tidak tahu itu jenis yang mana, tapi yang jelas slow dance. Kami berdansa sambil berpelukan. Makin lama pelukanku semakin erat. Dan tangan Vony yang semula merangkul pinggangku naik merangkul leherku. Dadanya yang besar, jauh lebih besar dari Vita menempel erat di dadaku. Terimpit erat sekali.

Makin lama aku semakin panas saja. Panas dari hawa yang memang panas dan juga panas hasil dari pikiranku yang makin tidak karuan. Tanganku yang semula hanya merangkul diam mulai membelai rambutnya yang panjang. Kepalanya yang semula direbahkan di dadaku kemudian menengadah.

Kulihat bibirnya yang berwarna merah sedikit terbuka. Kemudian kuturunkan wajahku dan mengecupnya lembut. Makin lama kecupanku semakin bernafsu. Semula yang mengecup lembut kemudian menjadi lumatan-lumatan yang membuatnya mendesah.

Ratings and reviews

4.8
9 reviews
Hafid Putra
October 25, 2020
fido dewasa
Did you find this helpful?

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.