-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Ini pengalamanku sekitar 5 tahun yang lalu. Saat ini aku sudah berusia 38 tahun dan bekerja di salah satu instansi pemerintahan. Dan aku menikah sejak 9 tahun yang lalu dengan 2 anak. Aku berasal dr salah satu kota di Kalimantan dan kuliah di salah satu kota di Jawa. Selepas kuliah aku sempat kerja di perusahaan swasta setahun dan akhirnya diterima di instansi pemerintahan tempat aku bekerja sekarang.
Tuntutan pekerjaan membuat aku harus beberapa kali pindah kota dan pada 5 tahun yang lalu aku sempat ditempatkan di salah satu kota di propinsi asalku di Kalimantan yang berjarak sekitar 1-1, 5 jam dari kota asalku. Pada saat itu istri dan anakku tidak ikut serta karena istriku harus bekerja dan terikat kontrak kerja yang tidak memperkenankannnya mengundurkan diri atau bermohon pindah sebelum 5 tahun masa kerjanya.
Sehingga jadilah aku sendiri di sana dan tinggal di salah satu rumah orang tuaku yang mereka beli untuk investasi. Karena kebutulan aku pindah ke sana maka aku tinggal sendiri. Rumah tersebut berada di kompleks perumahan yang cukup luas namun cenderung sepi karena kebanyakan hanya menjadi tempat investasi alternatif saja, dan kalau ada yang tinggal adalah para pendatang yang mengontrak rumah di sana. Jadi lingkungan relatif apatis di sana.
Pada beberapa kesempatan aku kadang-kadang berkunjung ke tempat nenekku yang tinggal di suatu kabupaten (sekitar 4 jam dari kota tempat aku tinggal sekarang) untuk sekedar silaturahmi dengan famili di sana. Pada salah satu kunjungan saya ke sana, saya sempat bertemu dengan salah seorang yang dalam hubungan kekerabatan bisa disebut nenekku juga di rumah salah satu famili, sebetulnya bukan nenek langsung. Persisnya ia adalah adik bungsu dari istri adik kakekku (susah ya ngurutnya). Usianya lebih tua sekitar 8-9 tahunan dariku. Profil mukanya seperti Nikita Willy (tentu Nikita Willy betulan lebih cantik), dengan kulit cenderung agak gelap, dan badannya sekarang sedikit agak gemuk. Walaupun terhitung nenekku, ia biasanya saya panggil bibi saja karena usianya ia risih dipanggil nenek. Pertemuan tersebut sebetulnya biasa saja, tapi sebetulnya ada beberapa hal yang sedikit spesial terkait pertemuan tersebut. Pertama, saya baru tau kalau suaminya baru meninggal sekitar 1 tahunan yang lalu....
Sedikit lama situasi seperti itu terjadi tapi aku tidak tau entah berapa lama, sampai aku mengulang pertanyaanku kembali (walaupun aku sudah yakin ia tidak akan menolak) dan akhirnya ada suara pelan dan lirih dari mulutnya. Aku tidak tau apa yang ia katakan tapi instingku mengatakan itu tanda persetujuan dan dengan pelan aku dekatkan mukaku ke wajahnya. Mula2 aku cium dahinya, setelah itu muluntuku menuju pipinya. Ia hanya memejamkan mata, namun gerakan wajahnya yang sedikit maju sudah menjadi isyarat bahwa ia tidak keberatan....
Contents
Ibu Tiri Ku—1
Permainan Terlarang—33