-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Sudah lebih dari 5 tahun usia perkimpoianku dengan Hendra, tapi belum juga menghasilkan momongan, setelah mencari informasi ke teman teman akhirnya aku mendapat rekomendasi dokter kandungan bagus yang berpraktek di kawasan elit Jakarta.
Setelah membuat appointment, aku dan suamiku sudah berada di ruang tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu sudah banyak, dan ternyata kami mendapat nomer paling akhir tepat sebelum ditutup pendaftarannya
Pukul 21:00 dipanggillah namaku oleh suster, aku masuk ke ruangan dokter Andri sendirian, sementara suamiku harus menunggu di ruang tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek sendiri.
Betapa terkejutnya aku dibuatnya karena tanpa diduga ternyata dokter Andri adalah mantan pacarku dulu sewaktu SMA di sebuah kota kecil di Jawa Timur, kami memang bersahabat karena tiap kali pulang selalu bersamaan karena jalan ke rumahnya melewati rumahku, hingga akhirnya kami berpacaran saat dia kelas 3 menjelang ujian akhir, dia adalah kakak kelasku satu tahun di atas, sebagai jagoan basket tentu banyak teman wanitaku yang mencoba menarik perhatiannya, tapi ternyata pilihan jatuh kepadaku. Hubungan kami tidak berlangsung lama karena setelah selesai SMA dia harus kuliah di Jakarta sementara aku ternyata sudah dijodohkan orang tuaku dengan seorang Insinyur yang mengerjakan proyek di dekat tempat tinggalku, dan setahun kemudian menikahlah aku dengan Hendra saat usiaku masih ingin menikmati masa muda dan remajaku. “Lily!!!” teriak dokter Andri “Andri!!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
Ternyata penampilan kami tidak banyak berubah meskipun sudah berpisah lebih dari 10 tahun, Andri yang aku kenal masih seperti yang dulu, tapi terlihat lebih dewasa, sehingga tidak ada rasa asing diantara kami. “Ly, gimana kabarmu selama ini, kemana aja kamu” Tanya Andri
Aku malu karena akulah yang meninggalkan dia untuk menikah dengan Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan aku tetap mencintainya sebagai cinta pertamaku.
Aku diam saja dan menunduk malu karena merasa bersalah dan sepertinya dia tau perasaanku. “Sudahlah Ly, semuanya sudah berlalu dan kini kita masing masing punya kehidupan sendiri sendiri” kata Andri, terdengar nada kepedihan di perkataannya. “Oke sekarang apa masalahmu?” Tanya Andri sudah berganti menjadi dokter Andri.
Kemudian aku menjelaskan permasalahanku yang tak juga kunjung punya anak, malu juga sebenarnya menceritakan ini kepada bekas pacar yang kutinggalkan.
Lalu dia melakukan sedikit Tanya jawab mengenai seputar kehidupan dan sesekali menyerampet ke masalah sex yang cukup sensitive, tapi itu kuanggap sebagai bagian dari tugas dia. “oke, silahkan berbaring, biar aku periksa” kata dokter Andri
Aku menuruti saja perkataanya, kemudian dokter Andri mulai memeriksa tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar ketika memeriksa kondisi tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter Andri begitu juga aku, mungkin dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal ketika stetoskop di tempelkan di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa canggung.
Setelah melakukan diagnosa, selesailah USG dan dia memintaku kembali duduk tempat duduk semula, lalu menjelaskan diagnosanya terhadap rahimku dan beberapa tindakan yang harus dilakukan.
Selesailah acara konsultasi dengan dokter Andri, aku beranjak dari kursi dan menjabat tangan dokter Andri, aku tak punya kekuatan ketika dokter Andri mencium pipi kananku bahkan ketika ciumannya berpindah kekiripun aku tetap tiada kekuatan untuk menolaknya, bahkan seperti diluar kendaliku, tanganku segera meraih kepala Andri dan kucium bibirnya dan dia memberi respond dengan mengecup bibirku, cukup lama kami berciuman melepas rindu yang sudah lama terpendam dan tak sempat berkembang. Setelah kami tersadar, Andri melepas ciumannya, aku sebenarnya ingin lebih lama lagi bersama dia, napasku sudah memburu tak karuan, tapi dia sudah memanggil suster yang di luar. “aku ingin kenalan dengan suamimu, kalau kamu nggak keberatan kupanggil dia masuk sekarang” katanya “Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.
Aku diam saja mengatur napas ketika susternya masuk. Kemudian Hendra masuk ke ruang konsultasi dan duduk di sebelahku, kuremas tangannya untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak tahu apa yang dimaui Andri. “Pak Hendra, sepertinya istri anda perlu pemeriksaan lebih lanjut, kalau anda tidak keberatan aku akan melakukan beberapa test, perlu waktu mungkin sekitar 30–45 menit mungkin lebih, atau Senin minggu depan supaya waktunya lebih lama”
Suamiku diam saja lalu melihat ke arahku, aku Cuma menganggukkan kepala karena masih bingung dengan apa maunya dokter Andri. “baiklah dok, daripada minggu depan antri lagi, sekarang saja dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah. “oke silahkan tunggu diluar” kata Andri sambil mempersilahkan suamiku keluar.
Begitu pintu ruang konsultasi di tutup, Andri menghampiriku. “not bad, pantesan kamu mau meninggalkan aku demi dia” katanya sambil tangannya menarikku ke pelukannya, dan kami kembali berdiri berciuman.
Contents
Selain Suami Ku—1
Melayani Dua Wanita Sekaligus—61