Seperti tari Dinggu yang dilakukan oleh masyarakat suku Tolaki. Tari Dinggu merupakan tari tradisional yang menceritakan kebahagiaan petani ketika musim panen tiba. Mereka menari sebagai wujud syukur atas rejeki padi yang melimpah di atas sawah. Gerakan tari penuh semangat, kecepatan yang luar biasa dan semangat menumbuk alu merupakan ciri dari tari ini. Tergambar betapa rasa senang sangat kuat dan senyuman khas petani tak lepas sambil menari.
Sama seperti tari pada umumnya di Indonesia, tari Dinggu juga mengalami perkembangan. Baik dari segi kostum, penampilan, alat musik, properti, jumlah penari dan lainnya. Tari ini juga sudah tak dimainkan ketika musim panen tiba, tapi sudah dibentuk dalam tari kreasi sehingga hadir dengan gerakan lebih ekspresif yang ditampilkan ketika ada ajang perlombaan dan pertunjukan seni budaya.
Dalam buku ini dijelaskan secara rinci tentang suku Tolaki dan tari Dinggu. Mulai dari asal usul (sejarah), gerakan dan sket tari, peralatan, makna, fungsi dan perkembangan tari. Buku ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat yang berkecimpung dalam kebudayaan khususnya budaya lokal Sulawesi Tenggara. Sekaligus menjadi bahan bacaan untuk membedah kedalaman pada setiap kekayaan seni tari Indonesia.
Anthi Max adalah seorang penulis muda yang berprofesi sebagai dosen di Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari. Menangani beberapa mata kuliah seperi Antropologi Sosial Budaya, Folklore Indonesia, Antropologi Kesehatan, Antropologi Psikologi, Antropologi Pariwisata, Ko Kurikuler Kesenian, dan Wawasan Kemaritiman.
Lahir di Kendari 5 Oktober 1988, kini perempuan energik ini juga membuka kelas untuk mahasiswa sebagai ruang diskusi. Kelas Bayangan merupakan nama dari kegiatan tersebut, dimana interaksi antara mahasiswa dan dosen sangat akrab dan fleksibel. Kelas menulis ini membahas tulisan mahasiswa sebagai bahan skripsi, karya ilmiah, ajang lomba menulis, project khusus sampai artikel.
Tak hanya dalam kelas, dia juga aktif sebagai pelatih tari ketika event kesenian diadakan di kampus. Walaupun belajar secara otodidak, namun tidak sedikit pula hasil karya yang diciptakan mendapatkan pujian dan membanggakan. Seperti event PASEBA (Pekan Seni dan Budaya) yang menjadi agenda tahunan Jurusan Antropologi UHO.
Tak hanya di dunia akademik, penulis juga aktif dalam dunia investasi saham. Bagi dia, belajar ekonomi tidak harus mengenal latar belakang pendidikan karena seseorang harus memiliki kesadaran finansial sejak muda. Dia aktif dalam berbagai seminar dan pertemuan baik nasional mapun internasional dalam urusan ekonomi, fintech, teknologi aplikasi, start up, khususnya kalangan investor.