Riana tak kuasa untuk berteriak. Dia juga tak mampu menahan lonjakan air dari kelenjar air matanya itu. Tak bisa pula membangun bendungan di pelupuk kedua matanya. Tangis Riana pecah. Dia menangis sesegukan dalam keadaan tersorot lampu penerangan jalan yang berkedip-kedip. Yang lebih menyeramkan lagi. Angin berembus berputar mengelilingi Riana. Dia bisa melihat bunga-bunga kamboja yang berserakan di jalanan itu bergerak mengikuti embusan angin tersebut. Meliuk-liuk. Berputar-putar. Bunga-bunga itu seperti ini menggulung tubuh Riana. Jalanan yang lurus membentang tetap lengang. Tempat itu bagai panggung kematian. Petir kembali menggelegar. Riana menggigil. Rupanya dingin mulai memilin. Kebekuan udara seolah sudah memeluknya erat. Sementara bebungaan kamboja itu masih berputar tiada henti. Bagi Riana, rasanya lebih baik pingsan saja, atau pula mati dengan segera. Namun, keadaan tidak menginginkan hal itu sampai terjadi.Novel horor paling menyeramkan 2014!