Di tengah terik kota Mekkah yang penuh tantangan, Hassan dan Walid tumbuh sebagai sahabat karib dengan latar belakang hidup berbeda. Hassan, anak keluarga taat dan berkecukupan, dibesarkan dengan nilai keimanan yang teguh; sedangkan Walid, putra keluarga sederhana, sering dilanda kecemasan akan masa depan. Ketika kabar hijrah dari Nabi Muhammad SAW menggema, kedua sahabat disambut sukacita—namun motivasi hati mereka berjalan di jalur yang berbeda: satu menatap panggilan Ilahi, satu lain terbuai harapan duniawi.
Melalui dialog dan pergulatan batin Hassan, muncul kesadaran tentang pentingnya niat yang tulus sebelum melangkah. Sementara perjalanan Walid menyingkap bahaya bicara tanpa ilmu, ketika ia terbawa janji keuntungan dunia sehingga hampir menodai makna hijrah sejati. Pertemuan dengan figur bijaksana—sayyidina Umar bin Khattab—menjadi titik balik yang mengajarkan kedua sahabat tentang nilai kejujuran, pengetahuan, dan keberanian untuk bertaubat serta memperbaiki diri.
“Dua Mutiara Nasihat di Perjalanan Hijrah” bukan sekadar kisah historis; ia menyuguhkan cermin bagi pembaca masa kini untuk merenungi makna hijrah dalam berbagai bentuk: perubahan diri, perbaikan niat, dan kejujuran dalam perkataan. Dengan latar suasana awal kaum Muslimin, pembaca dibawa merasakan gelombang haru, khawatir, harapan, dan kedamaian. Buku ini mengajak kita menggali dua mutiara berharga—hati yang lurus dan lisan yang jujur—sebagai bekal dalam setiap perjalanan hidup. Cocok dibaca siapa saja yang ingin meneguhkan niat, menuntut ilmu sebelum bicara, serta menguatkan tekad untuk senantiasa berada di jalan yang diridhai.