Gemina, mahasiswi Desain Komunikasi Visual, suka "mojok" di toko buku untuk membaca serial populer. Di sinilah ia bertemu IgGy (benar, G kedua kapital), penulis Trilogi Runako, yang protes karena bukunya tidak laku.
Dunia Gemina jungkir balik begitu ia menerima tawaran IgGy untuk me-review dan mengilustrasi novelnya. Trilogi Runako menjerat Gemina dalam kehidupan pribadi sang penulis. IgGy ternyata identik dengan labirin menyesatkan terkait latar belakang keluarga, tunangan, dan rahasia yang ia tulis di notebook-nya.
Menelusuri labirin itu, Gemina mendapati sesuatu yang terperangkap di kepala IgGy. Sesuatu yang menjadikan IgGy sosok egois penuh kebencian. Sesuatu yang telah mewujud dalam Trilogi Runako.
"Terbayang-bayang scene IgGy dan Gemi, sampai-sampai enggak bisa komen hal lain.
Suka bagian Random karena kepingan masa lalu dan masa depan saling bersatu membentuk cerita.
Rating 5 bintang kalau di Goodreads! :D"
—@caroll13
"Bikin baper, pasti. Setiap orang memang layak dikasih kesempatan kedua."
—@Ashiraa_
[Mizan, Mizan Publishing, Novel, Romance, Ringan, Muda, Remaja, Indonesia]
Ary Nilandari adalah penulis, editor, dan penerjemah lepas yang mengerahkan perhatian dan passion-nya pada buku dan literasi anak. The Visual Art of Love adalah salah satu novel dewasa-muda di antara ratusan cerita anak dan remaja yang ditulisnya. Dalam menulis fiksi, dia cenderung menciptakan karakter lebih dulu alih-alih plot. Ia mencintai karakter yang dibuatnya dan membiarkan mereka memilih jalan masing-masing menuju ending. Roman yang muncul dalam kisah mereka bahkan mengejutkannya sendiri, mengingat ia adalah penyuka fiksi-ilmiah, fantasi, dan thriller.