Dari masa keemasan kerajaan Blambangan yang berlandaskan Hindu-Bali, hingga masa-masa penuh perlawanan terhadap penjajahan Islam dan kolonialisme Belanda, masyarakat Blambangan menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Namun, perubahan zaman, khususnya pada abad ke-19 dengan datangnya teknologi dan infrastruktur modern, membawa Blambangan memasuki era baru. Pembangunan kabel telegraf yang menghubungkan Banyuwangi dengan dunia luar, termasuk Australia, adalah simbol dari transisi besar yang terjadi, mengubah Banyuwangi dari wilayah terpencil menjadi titik sentral dalam jaringan global yang lebih luas.
Dalam buku ini, penulis tidak hanya membahas fakta-fakta sejarah secara kronologis, tetapi juga menganalisis proses-proses sosial yang terjadi di balik setiap peristiwa penting. Apa yang membuat Blambangan dan Banyuwangi begitu menarik adalah kemampuannya untuk beradaptasi, bertahan, dan berkembang meskipun terjepit oleh kekuatan eksternal yang datang untuk mendominasi. Melalui pendekatan yang menggabungkan sejarah, antropologi, dan arkeologi, buku ini menawarkan wawasan baru mengenai bagaimana perubahan sosial, politik, dan budaya di wilayah ini mencerminkan dinamika yang lebih luas dalam sejarah Indonesia.
Kajian ini mengungkapkan bagaimana proses globalisasi melalui teknologi komunikasi, seperti pembangunan jaringan telegraf internasional, telah mengubah wajah Banyuwangi secara signifikan. Buku ini juga menyelami hubungan antara masyarakat Blambangan dengan kerajaan-kerajaan besar Jawa, pengaruh Islam, dan interaksi mereka dengan penjajahan Belanda, yang akhirnya membentuk cara hidup dan sistem sosial yang ada hingga saat ini. Selain itu, buku ini memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat Blambangan beradaptasi dengan perubahan ini, bukan hanya dalam aspek politik, tetapi juga dalam hal ekonomi, agama, dan sosial.
Melalui riset yang mendalam dan berbagai sumber primer, termasuk naskah kuno, prasasti, serta catatan etnografi dan arkeologi, penulis mengajak pembaca untuk lebih memahami tidak hanya sejarah besar yang tercatat dalam buku teks, tetapi juga kisah-kisah lokal yang memberi warna pada sejarah bangsa. Dengan pendekatan ilmiah yang berbasis pada analisis kritis, buku ini mengajak kita untuk menghargai pentingnya sejarah lokal dalam membentuk identitas nasional dan memahami tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dalam menghadapi perubahan zaman.
Buku ini diharapkan tidak hanya menjadi referensi bagi para akademisi, peneliti, dan mahasiswa, tetapi juga bagi siapa saja yang tertarik untuk lebih mendalami dinamika sosial dan politik Indonesia, serta bagaimana wilayah-wilayah yang sering terpinggirkan dalam sejarah nasional turut berkontribusi dalam membentuk Indonesia seperti yang kita kenal saat ini.
Bayu Ari Wibowo, S.S. lahir di Banyuwangi, 28 April 1991. Jenjang pendidikan tinggi ditempuh di Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Denpasar. Pria yang akrab disapa Jingga Kelana ini dikenal aktif berorganisasi sejak di bangku sekolah. Sejumlah jabatan penting pernah didudukinya, seperti Pengurus OSIS SMAN 1 Bangorejo (2007-2009), wakil ketua Sabha Widya Pertama Kesatuan Pelajar Hindu Dharma SMA dan SMK (KPHDS) Kabupaten Banyuwangi (2009), Pimpinan Redaksi Majalah Stupika, Denpasar (2012), ketua Sanggar Poerbatjaraka (2012), dan Pengurus Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Kabupaten Banyuwangi Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM (2014-2017) serta Bidang Hukum dan HAM (2017-2024). Ia juga tergabung dalam organisasi profesi Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Jawa Timur dan Perkumpulan Ahli Epigrafi (PAEI) Komisariat Daerah Jawa Timur.
Semasa kuliah ia dikenal sebagai salah satu aktor teater dan monolog di Bali. Tahun 2012 Jingga bersama teman-temannya menggelar Festival Monolog Caraka Sastra (MOCSA) se-Bali, dengan menggandeng aktris Henny Shanti. Tahun 2013 menjadi sutradara pementasan teater “Kesaksian Akhir Abad” dalam Pekan Budaya Warga Mahasiswa Arkeologi Udayana (WARMA). Tahun 2017 menjadi sutradara dan penulis skenario tari kolosal “Kidung Maha Wilwatikta” dalam acara Dharma Shanti Nyepi Provinsi Jawa Timur. Beberapa buku yang pernah diterbitkan yaitu: Sejarah Blambangan: Perspektif Ilmu Arkeologi (2023); Budaya Masyarakat Jawa Kuna (2022, bersama Miswanto); Trilogi Cerpen “Semangkuk Nasi dan Sang Presiden” (2012); Antologi Cerpen “Perempuan dalam Dua Kisah” (2017, Antologi Puisi “Dari Balik Batu-batu Candi” (2019); dan Novelet Sri Tanjung (2020).
Saat ini ia bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Selama berdinas ia juga dipercaya untuk menjadi Tenaga Ahli Purbakala dan Permuseuman (2015-sekarang), Tenaga Ahli Geopark Ijen (2018-sekarang), Tim Penyusun Dokumen Dossier Unesco Global Geopark (2020), Tim Asesor Desa Wisata Kabupaten Banyuwangi (2021-2025), dan Pamong Budaya (2021-sekarang).
Miswanto, dilahirkan di Banyuwangi, 10 November 1981 ini, telah menyelesaikan studi S1 Pendidikan Agama Hindu di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar tahun 2005 dan Progam Pascasarjana S2 Magister Pendidikan Agama Hindu di Universitas Hindu (UNHI) Denpasar tahun 2011. Akrab disapa Romo Miswanto.
Romo Miswanto mulai aktif berorganisasi sejak masih duduk di bangku SMA hingga sekarang. Saat ini pun, ada beberapa jabatan dalam organisasi yang diembannya, di antaranya: Sekretaris PHDI Pusat Bidang Keagamaan dan Spiritualitas; Pengurus Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG) Pusat, Ketua Bidang Pendidikan dan Pengurus Pusat (PP) Perkumpulan Acarya Hindu Nusantara (Pandu Nusa), Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Pandu Nusa, Ketua MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur, Ketua Penyunting Jurnal Sasadhara, Ketua Pasraman Giri Sastra Kota Batu, Ketua Lembaga Punia Tri Murti Malang, Pemimpin Redaksi Majalah Dwijaswara, dan Ketua Dewan Pembina Buletin Ublik.
Karir dalam dunia tulis menulisnya pun sudah dimulai sejak kuliah hingga sekarang, puluhan artikel sudah diterbitkan di beberapa media massa seperti: Warta Hindu Dharma (WHD), Raditya, Media Hindu, Koran Pendidikan, Dwijaswara, Jurnal Sasadhara, dan lain-lain.
Buku karyanya 5 tahun terakhir antara lain: Canakya Niti Darpana: Teks, Terjemahan, dan Ulasan (2023); Piawai Bergawai (2022); Panggugah Jati: Bunga Rampai Bijak Jawa (2022); Tata Bahasa Sanskerta (2022); Budaya Masyarakat Jawa Kuna (2022); Kakawin Nitisastra: Teks, Terjemahan, dan Komentar (2022); Sesorah lan Pranatacara, Miwah Tuladhanipun (2021); Bhagavadgita dan Terjemahannya (2021, bersama Tim); Sarasamuccaya dan Terjemahannya (2021, bersama Tim); Ageman Kawyaksara Jawa (2021); Sesorah, Pranatacara, lan Ujub-ujub Jawa (2020); Tembang Macapat (2018); Samskrta Patha (2017); dan Rekonstruksi Makna Hoax Kalimasada dalam Pewayangan Jawa (2017).
Saat ini Romo Miswanto sebagai Guru PNS di SMP Negeri 01 Batu. Adapun riwayat pekerjaannya adalah sebagai: Guru dan Dosen Agama Hindu di Banyuwangi (2006-2009), kini sebagai Guru Agama Hindu di SMPN 01 Batu, SMPN 04, SMPN 02 Batu, SMAN 02 Batu, dan SMAN 03 Batu, serta Tenaga Pengajar di STAH Shantika Dharma Malang (2011-sekarang). Penulis aktif sebagai nara sumber dalam forum ilmiah dan sering memberikan dharma wacana/ceramah agama Hindu hingga ke pelosok nusantara, dan di beberapa stasiun TV dan radio.
Kini Romo Miswanto juga dipercaya sebagai Sekretaris Tim Pengkaji dan Penerjemah Pustaka Suci Veda atau Vedānuvāda Samiti Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI, Tim Pengarah Materi Modul Ajar dan Penulis Buku Teks Kurikulum Merdeka di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.
Prestasi yang pernah diraih: Penerima Penghargaan Penulis pada Program Akuisisi Pengetahuan Lokal dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Tahun 2023, Penerima Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan di Lingkungan Kementerian Agama dari Menteri Agama RI Tahun 2023, Juara I Penulisan Artikel Ilmiah Kategori Dosen pada Temu Karya Ilmiah antar Perguruan Tinggi Agama Hindu (TKI-PTAH) se-Indonesia tahun 2017 di Lampung, Juara II pada Lomba Penulisan Artikel Ilmiah Kategori Dosen pada TKI-PTAH tahun 2012 di Palangkaraya, dan Juara I Lomba Penulisan Proposal Penelitian Kategori Dosen pada TKI-PTAH se-Indonesia tahun 2007 di Klaten. Romo Miswanto bisa dihubungi di nomor HP/WA/Telegram: 081336399693 atau di email: [email protected] atau akun media sosial (channel Youtube, Facebook, dan X): @romomiswanto.