Sementara untuk audit internal sektor publik, tugas audit dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal/Inspektorat Utama/Inspektorat KL, Inspektorat Provinsi atau Inspektorat Kabupaten/Kota. Mengapa memahami auditor internal dan eksternal menjadi penting? Hal tersebut dikarenakan banyak orang yang beranggapan BPKP dengan BPK memiliki tugas yang tumpang tindih, padahal keduanya jelas berbeda. Auditor internal berfungsi sebagai penilai kualitas (quality assurance) yang membantu pemerintah dalam penyelenggaraan menajemen pemerintahan untuk menjamin tercapainya efisiensi dan efektivitas, serta memenuhi syarat kehematan.
Materi yang dibahas dalam buku ini mencakup:
Bab 1 Memahami Audit Internal Sektor Publik
Bab 2 Perbedaan Audit Internal Sektor Publik dan Sektor Privat
Bab 3 Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal di Sektor Publik
Bab 4 Tingkat Kapabilitas Audit Internal Sektor Publik
Bab 5 Jenis-Jenis Audit/Pemeriksaan
Bab 6 Reviu Laporan Keuangan Pemerintah
Bab 7 Kinerja APIP Selama Ini
Bab 8 Prinsip-Prinsip Etika
Bab 9 Tiga Lini Pertahanan
Bab 10 Sinergi Anti-Fraud
Bab 11 Pelajaran dari Sektor Privat
Bab 12 Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan: Sebuah Pengalaman dan Pencapaian
Dr. H. Cris Kuntadi, S.E., M.M., CA., CPA., QIA., FCMA., CGMA., CIPSAS, CFrA., Ak. lahir di Desa Windunegara, Wangon, Kabupaten Banyumas pada 24-Juni-1969. Ia merupakan anak ketiga dari sebelas bersaudara putra pasangan Drs. Tulus Pribadi As. (Alm.) dan Ibu Sukiyati. Sebagai buah atas akar didikan dan semangat orang tua, berpadu tekad, usaha dan doa, Cris kini berhasil menyandang berbagai gelar yang menjadikan namanya tidak sesederhana semula. Tentu, perjuangan mencapainya juga tidak sesederhana mengungkapkannya.
Dr. Cris Kuntadi dikenal sebagai seorang birokrat dan pemeriksa/auditor yang piawai. Sosoknya yang telah malang-melintang di dunia auditor sangat layak untuk diikuti/diteladani. Hal ini dapat terlihat dari deretan gelar yang disandangnya dan tentunya capaian-capaiannya selama ini menjadi auditor. Cris—begitu Beliau akrab disapa—memulai pijakan pertama yang mengantarkannya menjadi sosok auditor sampai hari ini adalah ketika ia berhasil diterima di Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PKN-STAN). Di kampus pelat merah itu pula, Beliau dapat menemukan titik balik, baik tentang kehidupan maupun ke-Islam-an. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa di PKN-STAN-lah tempat Beliau menemukan hidupnya hingga akhirnya berhasil bertahan dan keluar sebagai lulusan sekolah tersebut pada 1991. Pengalaman “dipaksa” tekun belajar selama kuliah menjadi bekal tambahan bagi Beliau untuk dengan percaya diri melanjutkan pendidikannya.
Pada April 1996, Bapak Cris mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) dan Akuntan (Ak.) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI). Tidak sampai di situ penulis kemudian melanjutkan pendidikan formalnya di dua universitas sekaligus, yaitu (1) Magister Manajemen, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, konsentrasi Auditing (internat
Selain jenjang pendidikan formal, Cris juga melakukan “perburuan” sertifikasi dalam bidang auditing. Pada 2003, ia mendapatkan Certified Public Accountant (CPA) dari Ikatan Akuntan Indonesia—IAI (sekarang sertifikasi oleh Institut Akuntan Publik Indonesia [IAPI]) pada Januari 2004. Pada November 2010, ia mendapatkan Certified International Change Management dari Prosci Global Affiliate Network. Chartered Accountant (CA) dari IAI kemudian diperolehnya pada Desember 2012. Dua tahun kemudian, ia menyabet Qualified Internal Auditor (QIA) dari Yayasan Pendidikan Internal Auditor (YPIA). Tahun selanjutnya, Fellow Chartered Management Accountant (FCMA) dan Certified Global Management Accountant (CGMA) dari Chartered Institute of Management Accountant (CIMA) berhasil diperolehnya. Selanjutnya, pada 2016, ia meraih Certified International Public Sector Accounting Standards (CIPSAS) dari Association of Certified Chartered Accountant (ACCA) dan Certified Forensic Auditor (CfrA) diraih pada 2017 dari lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Forensik.
Sebanding dengan jenjang pendidikan dan sertifikasi, pangkat/golongan pun kian melejit. Pada Januari 2002, Bapak Cris mendapat kenaikan golongan menjadi III/c dalam waktu 9 bulan. Hal ini karena pada saat itu ia telah menduduki jabatan Eselon IV (yaitu sebagai Kepala Seksi Lampung Perwakilan BPK RI di Palembang). Selama empat tahun di Palembang, ia kemudian mendapat amanah kenaikan jabatan Eselon III (sebagai Kepala Subauditorat Kalbar 1 Perwakilan BPK Provinsi Kalimantan Barat). Pada April 2006, naik pangkat ke Golongan III/d dalam waktu 1 tahun 6 bulan. Tahun selanjutnya, ia menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Humas sebelum menjadi Kepala Subauditorat II.B.2 (pemeriksa Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Perekonomian) BPK RI.
Dengan berderet pengalaman dan pemahaman, karier Cris kian meroket. Pada 2010, ia diamanahkan sebagai Plt. Kepala Pusdiklat BPK RI (saat itu masih Golongan IV/a) dan setelah naik golongan IV/b pada 1 September 2010, integritas membawanya menduduki jabatan sebagai Kepala Pusdiklat BPK RI. Karena telah menduduki jabatan Eselon II, Cris kembali mendapat kenaikan pangkat pilihan menjadi Golongan IV/c dalam waktu 18 bulan. Pada 14 Juli 2014, Cris kemudian mutasi menjadi Kepala Perwakilan BPK Prov. Jawa Tengah. Ayah dari lima putra yang juga hobi bersepeda ini terus mengayunkan langkah demi menjejak karya dan manfaat. Pada 19 Januari 2015, ia kemudian dipercaya menduduki jabatan sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI. Karena telah menduduki jabatan Eselon I, dalam waktu 1 tahun jabatan, Beliau kembali naik pangkat pilihan menjadi IV/d.
Saat menjadi Irjen Kemenhub RI, Dr. Cris telah meraih capaian-capaian yang luar biasa. Catatan gemilang ini antara lain adalah sebagai inisiator penyusunan dan penyerahan Ikhtisar Hasil Audit Triwulan (IHAT) ke BPK—sebagai pemenuhan UU 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Berbekal iman, ilmu, dan tekad untuk mengabdi, ia dengan percaya diri terus mengepakkan sayapnya. Kegigihan usaha, membuatnya berhasil meraih berbagai prestasi lainnya. Di antaranya adalah capaian sebagai Irjen Kemenhub: ISO 9001: 2008, IACM Level 3, Aplikasi Sistem Manajemen Pengaduan (Simadu), TLHP BPK 100 persen, serta formasi auditor model piramida. Cris juga berhasil dalam pengembalian kerugian negara hasil pemeriksaan BPK dan Itjen Rp1,12 triliun (2015) dan Rp175 miliar (2016). Pada 2016, reviu Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang dilakukannya memangkas potensi kemahalan hingga Rp1,08 triliun. Selain itu, ia juga menerapkan Sikencur (Sistem Kendali Kecurangan) di Kemenhub RI dengan menciptakan Simadu (Sistem Manajemen Pengaduan) berbasis daring (online).
Pandai, namun tidak bermanfaat, bagi Cris adalah kesia-siaan. Ia mengembangkan sayap kebermanfaatannya dengan menularkan kepiawaiannya dalam auditing kepada generasi muda dengan menjadi pengajar di berbagai perguruan tinggi ataupun sekolah tinggi di Indonesia. Dimulai dengan menjadi pengajar PKN-STAN, Jakarta; Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang; Universitas Andalas (Unand), Padang; dan Universitas Tanjungpura, Pontianak. Ketika berdinas di Semarang, Beliau sempat menjadi dosen Program Doktor Ilmu Akuntansi di Universitas Diponegoro (Undip) dan kembali menjadi dosen di UI dan Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung. Setelahnya, ia aktif mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN), Perbanas Institute, dan Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Kemenhub RI.
Catatan gemilangnya di dunia auditor sudah tidak perlu diragukan lagi, akan tetapi salah satu pegangan hidup Cris adalah memperluas kebermanfaatan, karena ia sadar, jika tidak menyibukkan diri dengan kebermanfaatan maka kita akan disibukkan dengan kesia-siaan. Agaknya inilah yang ingin diajarkannya melalui berbagai sepak terjangnya, sehingga selain menjadi auditor, ia juga merupakan Anggota Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI periode 2010—2014 dan 2014—2018, serta Anggota Dewan Konsultatif IAI periode 2018—2022. Dr. Cris dipercaya pula menjadi Ketua Komite Etika (2012—2016) dan Anggota Dewan Sertifikasi Akuntan Profesional IAI (2013—2016). Selain itu, ia juga merupakan Anggota DPP sekaligus Ketua Komite Kode Etik Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) untuk periode 2015—2017.
Head of Delegation RI untuk International Maritime Organization (IMO) di London, Inggris pada 2016 ini juga merupakan Wakil Ketua Panitia Seleksi Kemenhub RI serta Anggota Pansel di Basarnas dan Kemenko Maritim RI. Anggota Dewan Penguji Penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu RI ini kembali menjadi Delegation RI untuk International Civil Aviation Organization (ICAO) pada 2016. Cris juga merupakan Komisaris dan Ketua Komite Audit PT Pelindo II (Persero) periode 2016—2017. Sejak 2017, ia juga bertambah amanah sebagai komisaris PT Kereta Api Indonesia (Persero). Kemudian, amanah sebagai Anggota Dewan Penguji QIA Yayasan Pendidikan Internal Audit juga ditumpangkan di pundaknya. Di Ikatan Keluarga Alumni Sekolah Tingi Kedinasan (Ikanas) STAN sendiri, ia diamanahkan menjadi Anggota DPP (2014—2018) dan kemudian didapuk sebagai Ketua Ikanas STAN (2018—2019).
Torehan prestasi terbaru sosok yang kini menjadi Staf Ahli Menteri Bidang Logistik, Multimoda dan Keselamatan Perhubungan Kemenhub RI adalah ia ditunjuk sebagai Ketua PIPK (Penilaian Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan) Tingkat Kementerian Perhubungan RI sejak 2017. Kemudia pada 2018, Bapak Cris mendapatkan penghargaan sebagai Lima Besar PNS Inspiratif dalam penghargaan Anugerah ASN yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) atas inspirasi dan inovasinya dari sistem kendali kecurangan yang ia bangun, yaitu Sikencur. Sikencur kemudian diangkat menjadi sebuah karya berupa buku yang kini telah mencapai cetakan ke-6 dan menjadi best seller. Gairah berkarya seorang Cris Kuntadi menelurkan karya buku selanjutnya, yaitu Excellent Leadership yang terbit sejak 2017. Kini beberapa buku lagi telah lahir dari tangan dinginnya tentang auditor.
Meski dengan berbagai kesibukannya, di rumah, Cris adalah suami dari seorang wanita bersahaja, Siti Munfaridah, S.Sos. Keduanya telah dikarunia lima orang putra, yaitu Alfatih, Ghozy, Irfan, Zulfikar, dan Ahda. Bagaimanapun, mereka adalah sumber dukungan, doa, dan semangat baginya untuk terus berbuat baik. Tentunya, mereka pulalah yang menyertai setiap perjuangan dan rintangannya dalam mengemban amanah. Baginya, keluarga adalah rumah terbaik bagi seorang Cris Kuntadi. Kesehariannya, baik saat melaksanakan tugas maupun keluarga, dapat ditilik pada akun media sosialnya, yaitu di Instagram (@criskuntadi) atau Facebook (Cris Kuntadi).