semakin cepat hidup, semakin terasa hampa; semakin terkoneksi, semakin kesepian; semakin memiliki banyak, semakin kehilangan makna.
Asketisme Hybrid Paradox hadir sebagai jawaban.
Buku ini menawarkan laku hidup sederhana namun tetap relevan dengan zaman, spiritual tanpa tercerabut dari dunia digital, mendunia tanpa kehilangan akar budaya.
Melalui refleksi yang dalam sekaligus praktis, pembaca diajak untuk:
Menemukan keheningan di tengah kebisingan.
Meraih kesederhanaan di tengah kelimpahan.
Mengolah paradoks menjadi energi kreatif.
Menyusun ulang etos hidup yang seimbang, ramah jiwa, dan ramah bumi.
Bukan sekadar wacana, buku ini adalah undangan untuk menjalani kehidupan dengan lebih ringan, jernih, dan penuh makna—sebuah harmoni di tengah kontradiksi.
Dian Nafi adalah penulis lintas genre yang karyanya merentang dari novel, esai, hingga tulisan-tulisan spiritual dan reflektif. Ia tumbuh dalam lingkungan yang akrab dengan tradisi, tetapi juga terbuka terhadap modernitas. Dari sanalah ia menemukan jalan hibrid: menggabungkan akar lokal dengan horizon global, mengolah paradoks menjadi energi kreatif.
Selain menulis, ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial, pendidikan, dan kebudayaan. Baginya, menulis bukan sekadar aktivitas intelektual, tetapi juga jalan spiritual dan bentuk asketisme: menyaring pengalaman hidup, menimbang kata-kata, lalu menghadirkannya dengan kesederhanaan dan kejujuran.
Karya-karya Dian Nafi berangkat dari keresahan zaman: tentang bagaimana manusia modern mencari makna di tengah kelimpahan, bagaimana teknologi berkelindan dengan spiritualitas, bagaimana tradisi bisa berdialog dengan masa depan.
Melalui Asketisme Hybrid Paradox, ia mengajak pembaca menemukan keseimbangan baru: hidup sederhana tanpa mundur dari dunia, mendunia tanpa kehilangan akar, hadir di ruang digital tanpa kehilangan keheningan batin.
Bagi penulis, menulis adalah ziarah batin. Setiap kata adalah langkah, setiap buku adalah perjalanan. Dan buku ini adalah salah satu jejak perjalanannya mencari harmoni di tengah kontradiksi.