Buku ini mengajak pembaca untuk memahami dunia kurasi dari sudut pandang Hybrid Paradox, konsep yang menggabungkan tradisi dan inovasi, lokal dan global, fisik dan digital dalam proses kuratorial. Dengan pendekatan multidisiplin, buku ini mengeksplorasi bagaimana kurasi tidak hanya sebatas memilih dan menyusun karya, tetapi juga menciptakan narasi, membangun konteks, serta merespons tantangan zaman.
Melalui kajian sejarah, teori, serta studi kasus dari berbagai bidang—seni, sastra, arsitektur, dan kurasi digital—buku ini memberikan wawasan tentang:
✅ Peran dan evolusi kurator dalam berbagai disiplin ilmu
✅ Tantangan dan peluang dalam pendekatan Hybrid Paradox
✅ Etika, representasi, dan bias dalam praktik kuratorial
✅ Teknologi, AI, dan masa depan kurasi
✅ Studi kasus dari seni, sastra, dan arsitektur
Dilengkapi dengan refleksi pengalaman pribadi penulis sebagai akademisi, peneliti, dan kurator, buku ini tidak hanya menawarkan teori, tetapi juga praktik nyata dalam membangun ekosistem kuratorial yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan di era digital.
Bagi siapa pun yang tertarik dengan dunia kurasi—baik profesional, akademisi, maupun pemula—buku ini menjadi panduan untuk berpikir dan bertindak sebagai seorang kurator yang inovatif dan berdampak.
Dian Nafiatul Awaliyah – atau lebih dikenal sebagai Dian Nafi – adalah seorang penulis, akademisi, dan kurator yang aktif di berbagai bidang, mulai dari sastra, arsitektur, hingga budaya. Dengan pendekatan Hybrid Paradox, ia menggabungkan tradisi dan inovasi dalam berbagai karya dan aktivitasnya, menciptakan perspektif unik dalam dunia kurasi dan penelitian.
Sebagai dosen di Departemen Arsitektur Universitas Sultan Fatah, Dian juga berperan sebagai Koordinator Riset dan Advokasi di Muslimat NU Demak, memperkuat kontribusinya dalam pengembangan literasi, pemberdayaan perempuan, serta kajian budaya dan lingkungan binaan.
Sepanjang kariernya, ia telah menerima berbagai penghargaan dan hibah bergengsi, termasuk Travel Grant ke IASFM York University (2025), Finalis Falling Walls Lab DAAD German (2024), Culture Activist Fellowship Dirjen Kebudayaan (2023), dan Master Scholarship School of Public Policy (2020).
Tak hanya di dunia akademik, nama Dian Nafi juga dikenal luas di media nasional dan internasional, dengan karya dan profilnya muncul di Suara Merdeka, NU Online, Tribun Jateng, Koran Sindo, serta berbagai platform televisi dan radio.
Sebagai penulis, ia telah menghasilkan banyak buku, karya fiksi, serta kajian ilmiah yang memperkaya wacana intelektual. Konsistensinya dalam mengembangkan ekosistem seni, sastra, dan arsitektur menjadikannya sosok inspiratif dalam dunia kurasi dan penelitian.