Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka buku yang sebelumnya berjudul Menjadi Eksekutif Manajemen SDM Profesional, telah dimutakhirkan. Buku edisi baru ini membahas secara lebih mendalam tentang berbagai perubahan yang telah dan sedang terjadi, serta diramalkan akan terus terjadi yang berdampak besar pada konsep, teknik, dan cara penerapan MSDM khususnya dalam organisasi bisnis, termasuk perubahan dalam jenis dan kedalaman kompetensi yang harus dimiliki oleh mereka. Materi dan rujukan (referensi) utama yang penulis gunakan untuk buku ini adalah pengetahuan dan pengalaman praktis yang diperolehnya selama berkarir sebagai praktisi MSDM dari tahun 1975-1997 yang diperkaya dengan pengalamannya sebagai konsultan untuk banyak perusahaan besar nasional, asing, BUMN, dan institusi pemerintahan dari tahun 1999 sampai saat ini. Untuk rujukan teoritis, penulis juga menggunakan banyak buku karya guru besar negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Akhirnya, berbagai materi yang diperolehnya melalui pergaulan dengan para praktisi MSDM di Indonesia yang sembilan orang di antaranya ditampilkan di babterakhirdari buku ini.
Semoga bermanfaatdan membantu!
Pada awal April 2016, Dr. Achmad S. Ruky, penulis buku ini, menyelesaikan tugasnya sebagai Komisaris Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., posisi yang telah diembannya sejak 3 April 2015. Sebelumnya, pada 6 Juni 2011, ia diangkat oleh Kementerian BUMN sebagai Komisaris Independen sekaligus
⏵ etua Komite Audit dan Ketua Komite Remunerasi di perusahaan baja milik negara tersebut, di mana 80% sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Namun, beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada 1 Juni 2011, ia terlebih dahulu ditunjuk sebagai Penasihat di PT Krakatau Posco, perusahaan baja patungan antara Pohang Steel Corporation, Korea, dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Dalam peran tersebut, ia berkontribusi dalam proses pembangunan pabrik baja yang berlokasi di Cilegon, Banten. Tugasnya sebagai penasihat berakhir pada 31 Desember 2013, ketika pabrik tersebut telah beroperasi sepenuhnya.
Setelah masa jabatannya sebagai Komisaris di BUMN berakhir pada April 2016, Dr. Ruky kembali aktif sebagai konsultan dan penasihat independen di bidang manajemen serta manajemen sumber daya manusia. Sejak 2015, beberapa klien yang telah dibantunya antara lain PT Perhutani, PT Kereta Api Indonesia (KAI), Kementerian BUMN, dan PT MRT. Menjelang akhir tahun 2017, ia diminta oleh Persatuan Purnawirawan POLRI untuk membina PT Tetap Setia Sekuriti Indonesia, sebuah perusahaan jasa keamanan industri yang bertujuan menerapkan manajemen sekuriti sejalan dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0. Hingga kini, Dr. Ruky masih aktif mendukung perusahaan tersebut, selain juga memberikan bantuan kepada berbagai perusahaan lain yang membutuhkan keahliannya.
Dr. Achmad S. Ruky, Drs., M.B.A., meraih gelar sarjana (Doktorandus) dalam Administrasi Niaga dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Padjadjaran, Bandung, pada akhir Oktober 1966. Setelah lulus dari Unpad, ia memulai karier sebagai staf Direksi di bidang pemasaran dan penjualan di sebuah perusahaan milik Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat di Bandung, mulai awal Januari 1967. Pada Januari 1970, ia berangkat ke Australia setelah menerima tawaran beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S-2 dalam program Master of Business Administration di Universitas Melbourne. Ketika kembali ke Indonesia pada awal tahun 1972, perusahaan daerah tempatnya bekerja telah dilikuidasi dan dijual kepada beberapa perusahaan swasta.
Akibat dari situasi tersebut, Dr. Ruky harus mencari pekerjaan baru dan menerima tawaran dari sebuah perusahaan nasional di Jakarta di bidang Perencanaan Bisnis dan Anggaran. Namun, pada awal tahun 1973, ia memutuskan untuk bergabung dengan sebuah perusahaan Australia yang bergerak di sektor pertambangan timah di Pulau Bangka. Di perusahaan tersebut, ia menjabat sebagai Administration Officer dengan tanggung jawab dalam Administrasi Keuangan, Logistik, dan Personalia.
Pada akhir triwulan kedua tahun 1975, akibat anjloknya harga timah di pasar global, perusahaan terpaksa menutup salah satu tambangnya. Sebagai konsekuensinya, Dr. Ruky bertanggung jawab dalam proses pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 450 pekerja, yang mencakup hampir setengah dari total tenaga kerja perusahaan.
Menjelang akhir tahun 1975, Dr. Ruky memutuskan untuk meninggalkan perusahaannya saat itu dan menerima tawaran dari Direksi PT Goodyear Indonesia di Bogor untuk bergabung sebagai Personnel & Industrial Relations Manager. Sejak saat itu, ia sepenuhnya beralih profesi dan mengembangkan diri sebagai profesional di bidang tersebut. Dari akhir tahun 1978 hingga akhir 1997, ia bekerja di beberapa perusahaan nasional dan multinasional besar, tetap fokus pada manajemen sumber daya manusia. Pada puncak kariernya, ia menjabat sebagai anggota Dewan Direksi (Direktur) di tiga perusahaan, yaitu PT Indofood Interna Corporation (Indofood Sukses Makmur) dari 1986 hingga 1989, PT Semen Cibinong dari 1989 hingga 1993, dan terakhir di kelompok perusahaan Mercedes-Benz Indonesia dari 1994 hingga 1998. Sejak memulai karier dan profesinya secara penuh waktu, Dr. Ruky telah mengikuti berbagai pelatihan keterampilan teknis (hard skills) di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) serta pengembangan keterampilan diri (soft skills), baik di dalam maupun luar negeri. Pelatihan tersebut didanai oleh perusahaan tempatnya bekerja maupun dijalani atas inisiatif dan biaya sendiri. Kebiasaan ini tetap ia pertahankan hingga kini, meskipun telah memasuki usia lanjut.
Saatbekerja dikelompok perusahaan Mercedes-Benz, sejak awal tahun 1996 ia mengikuti program kuliah akhir pekan untuk meraih gelar Doctor of Management Science dari Technological University of the Philippines, sebuah universitas negeri yang berlokasi di pusat kota Manila, Filipina. Ia berhasil menyelesaikan studinya pada April 1999. Sejak saat itu, Dr. Ruky mulai meniti karier sebagai konsultan manajemen MSDM secara penuh waktu.
Dr. Ruky telah memberikan bantuan kepada berbagai perusahaan besar, di antaranya PT Gudang Garam – Kediri (2000), PT Salam Pacific I.L. Surabaya (2001–2002), Bank BTPN (Bandung), Hyundai Motor Indonesia (Jakarta), PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, serta PTPN VII, PTPN X, dan PTPN XIII (Kalbar). Sejak tahun 2007, ia juga terlibat dalam membantu berbagai Kementerian dan Lembaga Pemerintah, termasuk Kementerian PAN-RB(2007–2010), SETNEG, SEKAB,
Kementerian BUMN, BKPM, BPH MIGAS, Kemenko Polhukam, Lemhannas, Menko Ekuin, dan Kemendikdasmen. Kontribusinya terutama berkaitan dengan perubahan Sistem Penggajian PNS (ASN) dan Reformasi Birokrasi secara umum. Selain itu, dari Oktober 2008 hingga Oktober 2010, ia dipercaya sebagai Penasihat Ahli POLRI dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi tahap pertama di institusi tersebut, yang akhirnya menghasilkan penerapan Tunjangan Kinerja bagi anggota POLRI.