Dalam buku ini penulis mencoba meneropong jejak tari kontemporer di negeri ini. Temuannya menunjukkan beragam gejala penyikapan tari kontemporer oleh pelaku-pelakunya, sebagai penari maupun koreografer. Dari penggambaran yang mampu tertangkap, penulis menjumpai sebuah peran yang dapat ditebalkan bagi seniman tari kontemporer Indonesia, setidaknya yang dibutuhkan Indonesia saat ini dan ke depannya.
Ikat Kait Impulsif Sarira: tubuh yang bergerak mengikuti arahan dari dalam dirinya, yang membaca dan menyuarakan terus-menerus perjalanan sejarah; yang menjemput tradisi dan membuatya mampu tanpa henti bicara, dalam ruang terbuka dan baru.
Penerbit Garudhawaca
Eko Supriyanto lahir di Kalimantan Selatan tahun 1970, dibesarkan di Magelang Jawa Tengah. Sejak usia 7 tahun ia berlatih pencak silat dan Jatilan, juga tari Jawa klasik dari kakeknya. Ia menempuh pendidikan strata 1 (S1) di Jurusan Tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta. Dilanjutkan dengan mengambil pendidikan jenjang strata 2 MFA (Master of Fine Arts) tahun 2001 di Dance and Choreography, Department of World Arts and Cultures University of California Los Angeles (UCLA) Amerika. Di STSI dan UCLA ia mengenal dan mempelajari teknik tari modern (modern dance). Program Doktor ia selesaikan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2015 di bidang Kajian Seni Pertunjukan. Buku ini merupakan disertasi hasil pendidikan S3nya di UGM tersebut. Saat ini ia tengah menempuh program Doktoralnya yang kedua di bidang Penciptaan Seni, di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Di sana pula Eko beraktivitas sebagai pengajar di Jurusan Tari.
Debutnya di dunia internasional diawali dari keikutsertaannya dalam Indonesian Dance Festival 1993. Kemudian American Dance Festival di New York tahun 1997. Dilanjutkan dengan Durham North Carolina Amerika, Asia Pasific Performance Exchange Programs 1998-1999 di Los Angeles. Ia juga bekerja sebagai konsultan tari dalam karya Los Angeles and National Tour of Julie Taymor saat memproduksi teater Broadway Lion King. Ia pun berke-sempatan mengkoreografi dan mempertunjukkan produksi-produksi internasional utama termasuk Le Grand Macabre (Peter Sellars), Opera Flowering Tree in Vienna (John Adam), the Barbican Centre di London, Berlin Philarmonic, The Lincoln Center in New York, dan LA Phiharmonic, Lyn Dally Jazz Tap Ensemble Los Angeles. Tahun 2001 Eko berkesempatan terlibat sebagai penari dalam tur konser “Drowned World” penyanyi Madonna.
Beserta kelompoknya, Solo Dance Studio dan Ekos Dance Company, Eko terus menggeliatkan kerja profesionalnya di ranah tari komersial dan kontemporer. Segala informasi kegiatan mereka bisa didapatkan di www.ekosdancecompany.com dan www.solodancestudio.org
Sesuai pengakuannya, seniman tari Indonesia yang ia anggap guru dan berpengaruh besar dalam perjalanan keseniannya adalah Sardono W. Kusumo, S. Pamardi, dan Djarot B. Darsono. Dari mereka ia mendapat pelajaran penting tentang bagaimana koreografi dibuat, tentang kekuatan tradisi Indonesia, bagaimana mengenal tubuh tradisi, bagaimana melakukan pendekatan terhadap tradisi dan menyuarakannya kembali sebagai bahasa koreografi kontemporer. Selain juga agar seniman tari tidak semena-mena terhadap detil gerak, gagasan, dan panggung, termasuk pentingnya menghargai latihan (proses), ruang (kesadaran dan kepekaan), dan manusianya (kepekaan dan kepedulian).
Hal-hal itulah yang antara lain menjadi bekalnya ketika berhadapan langsung dengan “tubuh-tubuh Indonesia”. Mereka adalah masyarakat pendukung tradisi dan kebudayaan yang bukan penari, yang ia ajak menyuarakan-menggaungkan budayanya pada dunia di luar area tradisi mereka, dalam bahasa tari kontemporer ciptaan Eko. Karya trilogi dengan ide yang berangkat dari tari tradisi dan budaya masyarakat Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara, telah ia bawa melanglang buana ke puluhan festival dan panggung tari kontemporer internasional. Hal itu masih akan diikuti dengan karya-karya yang mengambil ide dari kebudayaan-kebudayaan lain di negeri ini.