Namun liburan itu berubah mencekam ketika teror mulai bermunculan satu per satu. Mulai dari suara biola misterius, sosok yang mengganda, darah yang mengalir dari wastafel, hingga jari jemari yang menggeliat tanpa pemiliknya.
Itu belum selesai. Satu per satu dari delapan sahabat hilang dan selalu berujung pada kabar kematian mengerikan. Biru adalah satu di antara mereka.
Satu-satunya yang bisa Biru syukuri adalah ...
gilirannya terakhir.
[Mizan, DAR, Novel Fantasi, Horror, Hantu, Seram, Fantasi, Fantasteen, Indonesia]
Assalamu ‘alaikum!
Cukup panggil bocah ini dengan Arghi saja, lahir di Kota Kembang, bertepatan dengan hari Peringatan Serangan Umum di Yogyakarta pada tahun 1999. Kini, dia tengah sibuk menggali ilmu di SMA Alfa Centauri Bandung. Punya hobi banyak banget, tapi akhir-akhir ini lagi senang bereksperimen di laboratorium abal-abal di rumahnya dan bertapa tengah malam ketika langit sedang cerah.
“Imagination is my old friend, with pen and paper as the way we talk”, begitu dia bilang. Menulis adalah salah satu caranya mengekspresikan diri dan lari dari kenyataan #eh. Bercita-cita sebagai astrophysicist dan neuroscientist, bocah ini berharap bisa kuliah di Astronomi ITB, Astronomy-Cambridge University, dan Brain and Cognitive Science-MIT. Juga sangat berharap bisa menjadi hafidzah Quran di umurnya yang masih muda.
Soul Eater merupakan novel keduanya di Fantasteen, setelah The Dark Sirius. Bagi kamu-kamu yang mau berkenalan bahkan berdiskusi dengannya, bisa teror dia lewat [email protected] atau intip celotehannya di imajisemesta.blogspot.co.id ☺