Berawal dari iseng ikut lomba puisi, penulis justru menemukan ruang baru untuk mengekspresikan isi hati, keresahan, kenangan, dan hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian. Pengalaman itu lalu mendorongnya untuk melangkah lebih jauh dengan menerbitkan antologi puisi tunggal berjudul Kataku Bukan Katanya–sebuah taman rasa yang ditulis dengan jujur, ringan, dan kadang nyeleneh. Buku ini adalah bukti bahwa siapa pun bisa bersuara, bahkan lewat spidol kering dan hati yang penuh cerita.