Hadis sebagai teks masa lalu, yang terkodifikasi jauh setelah masa Nabi SAW, dan diimplementasikan dari generasi ke generasi, dituntut tetap relevan diberlakukan pada setiap waktu dan tempat, sebab sifatnya yang shahih li kulli zaman wa makan. Pemahaman yang benar terhadap matan (mean/idea) hadis sangat penting dalam upaya mendudukkan dan mengamalkannya agar sesuai dengan yang dikehendaki oleh syari’ (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Sehingga mengharuskan ulama hadis membuat konsep dan metode tertentu dalam memahami hadis Nabi SAW. Tidak terkecuali ulama dan pemerhati hadis Indonesia,
Syuhudi Ismail dan Ali Mustafa Ya’qub. Kedua tokoh hadis Nusantara di atas, telah melakukan upaya untuk mengungkap kembali apa yang sudah dilakukan oleh ulama hadis sebelumnya tentang metode pemahaman hadis, sekaligus menawarkan beberapa metode baru yang dapat digunakan dalam memahami hadis (yang kesemuanya) mengarah kepada kontekstualisasi hadis. Pertimbangan aspek sosiologi, antropologi geografi dan budaya, adalah sebagian dari beberapa langkah pemahaman hadis yang sebelumnya kurang familiar bagi sebagian pemerhati hadis.
Buku ini perlu dibaca oleh pengkaji hadis, mahasiswa dan masyarakat secara umum, yang tertarik mengkaji ilmu-ilmu keislaman terutama bidang ilmu hadis utamanya yang terkait dengan syarah hadis.
Hasan Suaidi lahir di Gresik pada 20 Mei 1976, putra pasangan H. Suchaimi dan Hj. Musyarrofah (almh) ini mengawali pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyyah NU Gresik, kemudian melanjutkan studinya ke Mts al-Munawwir dan Aliyah Yayasan Ali Ma’shum (keduanya di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta), setelah menamatkan pendidikan menengah atas, ia melanjutkan studi S-1 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis dan al-Ma’had al-Aly Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak yang diselesaikan secara bersamaan pada tahun 2000. Setelah itu ia melanjutkan studi program magister S-2 di UIN Sunan Kalijaga prodi Agama dan Filsafat dengan konsentrasi Studi al-Qur`an dan Hadis.
Bapak dari 3 anak (Fiki Jazilatuz Zahwa, 17 tahun, Firly Aakifah Bil Birri, 14 tahun dan Fadaukas Ahmad Muwaffaq, 9 tahun) hasil dari pernikahannya dengan Suroya Musyarrofah ini adalah dosen tetap sekaligus ketua Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Pekalongan. Di antara karya tulisannya dalam bentuk penelitian antara lain; Hadis Publik dan Domestik Riwayat Aisyah RA dalam Kitab Muwaththa’ (Takhrij dan Kritik Sanad Hadis); 2007; Melacak Jaringan Ulama Hadis Indonesia (Era Mahfudz at-Tarmasi Hingga Kini) 2008; Konsep Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Perspektif Hadis (Kritik Sanad dan Matan Hadis) 2009; Pandangan NU dan Muhammadiyah Kota Pekalongan tentang Hadis Iftiraq al-Ummah, 2010; 40 Hadis Pedoman NU Karya KH. Hasyim Asy’ari (Studi Takhrij dan Analisis Konteks Sosial Keagamaan Berdirinya NU) 2013; Kritik Sanad Hadis Kitab Tafsir Tanwirul Miqbas Min Tafsir Ibni Abbas, 2015.
Di samping penelitian, beberapa buku telah dihasilkannya, antara lain; Di Bawah Naungan Kutub Sittah (Terjemahan) diterbitkan oleh STAIN Press Pekalongan; Pemahaman yang salah terhadap kisah Nabi dan Rasul (terjemahan), al-Asma’ al-Husna (terjemahan), Aku diciptakan hanya untuk menyembah kepada Mu (terjemahan), kesemuanya diterbitkan oleh Qisthi Press Jakarta; Suluk (terjemahan), Keutaman Jum’at (terjemahan), Kitab Puasa (terjemahan) diterbitkan oleh Penerbit Layar Yogyakarta.
Selain sebagai dosen, penulis juga aktif di beberapa organisasi keagamaan dan kemasyarakatan antara lain, sebagai anggota Pengurus Cabang Lembaga Bahtsul Masail Kota Pekalongan, Wakil Katib Syuriah PCNU kota Pekalongan (2014-2018), Katib Syuriah PCNU Kota Pekalongan (20018-hingga sekarang), Wakil Ketua II BAZNAS Kota Pekalongan (2017-sekarang), anggota Pengurus BP-4 Kota Pekalongan dan lainnya. Saat ini penulis sedang menempuh studi lanjut S-3 di UIN Walisongo Semarang.