“Ngapain?” Tanya Mas Azka sambil berjalan ke teras. Aku mengejar cepat dan berhasil mengalit lengannya.
“Main,” jawabku tersenyum lebar. Mas Azka tak berkomentar, dia mengambil kunci rumah di bawah vas bunga lalu membuka pintu.
Aku dan suamiku baru beberapa bulan menikah dan tinggal di perumahan berdua saja. Kebetulan, aku dan Mas Azka dua duanya bekerja, pergi pagi dan pulang sore, kadang suamiku pulang malam.
Depan rumah ada tetangga, namanya Mbak Dian. Janda anak satu. Penampilannya sederhana bahkan lugu menurutku. Bajunya nggak modis, wajahnya pun sering polosan dari pada ber-make up. Aku sering main ke situ sepulang kerja sambil nunggu suamiku pulang. Ya, kan dari pada bengong sendirian di rumah. Mbak Dian baik, anaknya juga lucu dan nggemesin.
“Tahu, nggak, Mas, Mbak Dian tuh kasihan, lho,” kataku saat duduk berdua di ruang makan.