Bagian pertama buku ini mengeksplorasi media pembelajaran sebagai instrumen emansipasi dalam kerangka teori tindakan komunikatif Jürgen Habermas. Media tidak hanya diposisikan sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun dialog, kesetaraan, dan partisipasi aktif di ruang kelas. Bagian kedua menyoroti etnomatematika sebagai pendekatan yang menyatukan logika matematis dengan budaya lokal, membuka ruang bagi pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna.
Buku ini merupakan kontribusi penting bagi wacana pendidikan kritis dan inovatif di Indonesia. Ia mengajak pembaca untuk membayangkan kembali ruang kelas sebagai ruang kebebasan berpikir, tempat di mana media, budaya, dan pemikiran kritis bertemu untuk membentuk generasi pembelajar yang berdaya dan berkarakter.