Gandulo Datuok Tabano “Penjaga Tanah Paling Sulit Ditaklukkan Hingga Tetes Darah Terakhir”

· · · · · ·
· PT. Nas Media Indonesia
5.0
12 reviews
Ebook
194
Pages
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

Nama Gandulo bergelar Datuok Tabano tercatat dalam arsip-arsip militer Belanda, tabloid, dan surat kabar kolonial sebagai sosok yang paling ditakuti. Ia gugur di medan juang sebagai Panglima Perang Kampar, wilayah yang oleh catatan kolonial disebut sebagai “tanah paling sulit ditaklukkan”.


Dalam karya JW. IJzerman Dwars Door Sumatra termaktub kalimat tegas:

“Geen Europeaan drong in deze streken door – Orang V Koto lawan Companie.”

(Tak seorang pun Eropa berhasil menembus wilayah ini, karena perlawanan Orang V Koto terhadap Kompeni).

Gandulo Datuok Tabano telah menewaskan ratusan prajurit kolonial, baik serdadu Belanda maupun KNIL. Strategi gerilya dan keberanian tanpa tanding membuatnya menjadi simbol pertahanan terakhir Tanah V Koto Kampar (Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris, dan Rumbio).

Keberanian dan pengorbanan Gandulo Datuok Tabano meneguhkan bahwa Kampar adalah benteng marwah bangsa. Dengan warisan sumber daya migas, perkebunan, pabrik, dan perikanan, Riau menjadi tulang punggung Republik Indonesia. Dalam konteks itu, sosok Tabano layak dikomparasikan dengan pahlawan nasional lain, dan pantas diangkat menjadi Pahlawan Nasional dari Provinsi Riau.

Ratings and reviews

5.0
12 reviews
Firmansyah Abang Jago
October 6, 2025
Bagus sekali, jarang sekali tokoh pejuang asal provinsi Riau yang dibukukan khusus, apalagi yang namanya belum menjadi pahlawan nasional. semoga buku ini menjadi langkah awal untuk pengajuan Gandulo sebagai pahlawan nasional.
Did you find this helpful?
Rahmat Kholil Azizy
October 6, 2025
Luar biasa gandulo datuk tabano, bagus kalau difilmkan nih 🥹
Did you find this helpful?
abdul muhammad quba akbar
October 6, 2025
mantap!
Did you find this helpful?

About the author

Ilham Afandi lahir di Bangkinang, 17 Desember 1995. Ia dibesarkan di Dusun Sungkinang, Desa Binuang, Kecamatan Bangkinang, dari keluarga Persukuan Melayu Dt. Patio dari garis ibu, dan Persukuan Mandailiang Saruaso dari pihak ayah. Ayahnya bernama Awalis Awal, sedangkan ibunya Maria. Kakeknya, Muhammad Syarif yang dijuluki Syarif Muncak, pernah menjabat sebagai Kepala Kampung Binuang. Kecintaannya terhadap sejarah Kampar telah tumbuh sejak 2012, ketika ia mulai aktif menelusuri jejak peristiwa, tokoh, dan tradisi di wilayahnya. Minat ini mendorongnya terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya. Ia merupakan salah satu pendiri sekaligus Ketua Pengurus Yayasan Pengkaderan Anak Riau (Yapari) tahun 2017-2022, sebuah lembaga yang menjadi wadah perjuangan anak- anak Provinsi Riau untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Indra Yusneaydi lahir di Pulau Jambu, Kenegerian Air Tiris, pada tanggal 1 April 1980. Sejak tahun 1997, ia telah aktif dalam kajian sejarah, adat, dan budaya Kampar. Ketekunannya menelusuri jejak peradaban daerah menjadikannya salah seorang penulis dan peneliti independen yang dikenal luas di Provinsi Riau khusunya Kampar. Kiprah Indra Yusneaydi terentang dari forum akademik hingga kegiatan literasi publik. Ia sering menjadi narasumber dalam forum, seminar, diskusi, serta bedah buku yang mengangkat tema sejarah dan identitas budaya Kampar. Di antara perannya yang menonjol adalah sebagai narasumber bedah Buku Gandulo Datuok Tabano: Penjaga Tanah Paling Sulit Ditaklukkan Hingga Tetes Darah Terakhir dan Buku Mohammad Amin: Sang Harimau Kampar dalam rangka Gebyar Literasi Dispersip Kampar, September 2025. Kehadiran dan pandangannya selalu memperkaya diskusi, sebab ia menempatkan tokoh-tokoh lokal dalam kerangka besar historiografi Indonesia. Selain itu, Indra adalah salah seorang Pendiri Pusat Kajian Andiko 44, salah seorang Pendiri Yayasan Kedatuan Melayu Nusantara, aktif di Lembaga Adat Negeri Air Tiris, serta menjadi Penasihat Yayasan Palangka Swarna Nusantara atau Palangka Project. 

Syaipul Bahri, lahir di Ujung Padang, Kenegerian Air Tiris (kini Desa Sungai Jalau, Kecamatan Kampar Utara) pada tanggal 16 Juni 1991, merupakan sosok yang menginspirasi di tengah masyarakat Kampar Utara. Lahir dari pasangan Alm. M. Amin bin Ayun, seorang keturunan suku Bendang Kenegerian Air Tiris, dan Siti Rodiah binti Hamzah dari suku Domo Doghe Kenegerian Air Tiris, Syaipul Bahri tumbuh dengan akar budaya yang kuat. Kiprah Syaipul Bahri membentang luas, mencakup bidang pendidikan, pelestarian adat dan budaya, serta penggerak masyarakat. Saat ini, ia mengabdikan dirinya sebagai guru olahraga di UPT SMPN 1 Kampar Utara, mendidik dan membimbing generasi muda untuk mencapai potensi terbaik mereka. Lebih dari sekadar seorang pendidik, Syaipul Bahri merupakan sosok yang peduli terhadap warisan budaya leluhurnya. Keterlibatannya dalam berbagai forum, lembaga, dan organisasi menjadi bukti nyata komitmennya terhadap pelestarian adat dan budaya Kenegerian Air Tiris.

Andika Illahi, lahir di Bangkinang pada 25 Juli 1987, Terlahir dari keluarga guru, M. Huzir bin Zainuddin dari persukuan Melayu Datuok Mudo Muao Uwai dan Nurhayati Binti Hamzah dari persukuan Melayu Datuok Tuo Binuong, Andika tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat. Fondasi keluarga ini, ditambah kecintaannya pada tanah kelahirannya, menumbuhkan minat mendalamnya terhadap sejarah, adat, dan budaya Kampar, minat yang terus dipupuknya sejak menempuh pendidikan tinggi. Setelah menyelesaikan studi S1 Hubungan Internasional di Universitas Riau, Andika mendedikasikan dirinya menjadi peneliti independen pada kajian peradaban daerah. Dedikasi ini bukan sebatas hobi, melainkan panggilan jiwa untuk berkontribusi dalam pelestarian warisan budaya Kampar. Keterlibatannya yang paling menonjol adalah melalui Palangka Project, sebuah inisiatif intelektual di mana Andika bersama rekan-rekannya menyumbangkan kontribusi signifikan dalam penyusunan naskah akademik untuk BPP DIR. Kontribusi ini mencerminkan komitmennya terhadap gagasan politik kebudayaan yang berupaya memperjuangkan otonomi daerah berbasis kearifan lokal. Pendekatan Andika tidak sebatas pelestarian budaya secara tekstual; ia berupaya mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam kerangka kebijakan daerah, menjadikannya relevan dan berkelanjutan.

Dino Aritaba (Kiagus Dino Aritaba, SE) , lahir di Kota Palembang pada tanggal 8 Agustus 1988. Beliau merupakan putra dari H. Abdulah Syukur, seorang keturunan Melayu Palembang yang menyandang gelar Kiagus, dan Siti Maryam Fariyani, Perempuan berdarah Sunda dengan gelar Tubagus. Latar belakang multikultural ini, menggabungkan warisan Melayu dan Sunda, turut membentuk wawasan dan perspektif beliau. Dino Aritaba dikenal sebagai peneliti dan penulis yang berdedikasi pada pengungkapan dan pelestarian sejarah Indonesia. Salah satu kontribusinya yang signifikan adalah sebagai peneliti sekaligus penulis Naskah Akademis Pahlawan Nasional dari Provinsi Riau, Mahmud Marzuki. Selain itu, beliau juga penulis buku "Mengungkap Fakta Sejarah Terbentuknya PDRI dan Penyelenggaraan Komisi Tiga Negara-UNCI tahun 1949 di Kampar-Riau," sebuah karya yang menyoroti peran penting Kampar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kontribusi ini menunjukkan komitmen beliau dalam menggali dan menyebarluaskan pengetahuan sejarah, khususnya yang berkaitan dengan sejarah lokal dan kontribusinya pada sejarah nasional.

Mohd Abrar Syahroni, yang akrab disapa Abrar, lahir di Pekanbaru pada 6 April 1999. Ia merupakan Putera dari pasangan Martini dan Syahrul Kholis, serta Sakina sebagai Ibu sambung yang tercinta, dan seorang pemuda asal Desa Kumantan, Kecamatan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar, yang memiliki semangat tinggi dalam bidang sosial, pendidikan, dan pengembangan teknologi. Abrar dikenal sebagai pribadi yang disiplin, terbuka terhadap perubahan, dan memiliki komitmen kuat dalam mengabdi untuk masyarakat. Sejak kecil, Abrar tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan nilai-nilai keislaman dan tanggung jawab sosial. Ia menempuh pendidikan dasar di SDN 023 Bukit Raya Pekanbaru, kemudian melanjutkan ke MTs Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang, dan menamatkan pendidikan menengah atas di MA Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang. Latar belakang pendidikan yang berbasis pesantren membentuk karakter Abrar menjadi sosok yang religius, berakhlak, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama.

Mido Pulma Deslala lahir di Desa Ranah, Kenegerian Air Tiris, dari pasangan Alirman dan Hayatunnupus. Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Lahir dari keluarga sederhana yang lekat dengan dunia seni, sejak kecil Mido telah menunjukkan ketertarikan kuat pada berbagai bidang kesenian seperti melukis, musik, dan memahat. Semangatnya menekuni seni banyak terinspirasi dari sang ayah, yang juga memiliki jiwa kreatif tinggi meskipun hidup pada masa dan tempat yang tidak memberi banyak ruang bagi seniman untuk berkembang. Pesan sang ayah: “Teruslah berkarya sesuai porsi”, menjadi pegangan hidup yang terus ia junjung hingga kini.


Kiprah Mido dalam dunia seni telah dimulai sejak usia dini. Ia pernah meraih berbagai penghargaan, di antaranya:


- Juara 1 Lomba Melukis Tingkat Kecamatan hingga Kabupaten Kampar (1999)


- Juara Harapan 2 Lomba Melukis Tingkat Nasional (Jakarta, 1999)


- Juara 1 Festival Anak Saleh (Bidang Melukis TPA) Tingkat Kecamatan hingga Provinsi (2000)


- Juara 1 Porseni Bidang Menggambar Tingkat SMP (2003)


- Insan Kreatif Riau bersama Tepak Squad Band (2022)


Kecintaannya terhadap seni, sejarah, dan budaya Kampar membuat Mido memadukan ketiganya dalam karya-karya yang bernilai estetika dan historis. Bersama rekan-rekannya di Tepak Squad dan Kampar Pride, ia menulis lirik dan melahirkan sejumlah karya musikal yang merefleksikan identitas dan jati diri masyarakat Kampar, seperti Kampar Maimbau, Nagoghi Saibu Jayo, Tunjuok Ajau, Titisan Bumi Surga, Lawik Ombun Tanah Botuah, dan Ughang Kampau. Lagu-lagu tersebut menjadi bentuk konkret dari upaya Mido dalam menjaga kesinambungan antara seni tradisi dan ekspresi modern generasi muda.

Selain di dunia musik, Mido juga aktif dalam Palangka Project, sebuah gerakan intelektual yang berfokus pada pelestarian sejarah dan budaya Melayu-Nusantara. Bersama tim Invetaris Naskah Kuno-Langka & Inskripsi di bawah pengawasan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kabupaten Kampar, ia turut serta dalam pengumpulan naskah dan manuskrip kuno di daerahnya. Kegiatan ini menjadi wadah bagi Mido untuk menggali dan menyingkap kembali sejarah Kampar yang masih tersembunyi.

Dalam perjalanan hidupnya, Mido tak hanya aktif berkarya tetapi juga berorganisasi. Ia pernah terlibat di berbagai wadah kepemudaan seperti Dewan Kerja Ranting (DKR) Pramuka Kecamatan Kampar, Ikatan Alumni SMAN 2 Kampar (sebagai Ketua Umum), Saka Bhakti Husada di Puskesmas Kecamatan Kampar, Saka Dirgantara Batalyon Infanteri 132, serta G.A.S Crew Collective, yang semuanya menjadi ruang pembentukan karakter, jejaring, dan pengalaman sosialnya.


Tahun 2015 menjadi babak baru dalam hidupnya, ketika ia mempersunting Sri Rahma Yanti. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua orang putri, Gilsha Khairinniswa dan Monalisa Dwi Latifah, yang menjadi sumber inspirasi sekaligus motivasi dalam setiap langkahnya. Dukungan keluarga, terutama sang istri, membuat Mido terus teguh meniti jalan kesenian dan kebudayaan.


Kini, meski sumber inspirasinya "sang ayah" telah tiada, semangat dan pesan beliau tetap hidup dalam setiap karya Mido. Ia tidak hanya dikenal sebagai seniman, tetapi juga penulis dan pegiat budaya yang ikut berkontribusi dalam penulisan buku-buku sejarah seperti Gandulo Datuok Tabano, Karim Datuok Saibu Gaghang, dan Kasir Datuok Saibu Gaghang.Bagi Mido Pulma Deslala, berkesenian adalah bentuk pengabdian. Ia berharap dapat terus berkarya dan menginspirasi banyak orang, menjadi jembatan semangat lintas generasi, agar seni, sejarah, dan budaya Kampar terus hidup dan diteruskan oleh anak cucu bangsa.

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.