Mereka terbatuk-batuk di atas rerumputan basah, gemetar karena dingin dan takut. Saat itulah, dengan napas yang masih tersengal, Kinaya menatap Tirta dengan cara yang berbeda. Di dalam hati kecilnya, ia bersumpah. Laki-laki yang telah mempertaruhkan nyawa untuknya inilah yang kelak akan menjadi imamnya. Hanya Tirta, tidak ada yang lain.