Roman ini ditulis dengan khas dalam bentuk suart antara pemeran utama, yaitu Werther dengan seorang sahabatnya bernama Wilhelm dan jawaban Wilhelm tidak menjadi tema roman ini. Dengan kata lain roman ini ditulis sebagai monolog Werther yang menceriterakan mengenai penderitaan batinnya dalam menghadapi tantangan hidup, terutama penderitaannya dalam mencintai seorang wanita yang telah mengikat diri (bertunangan) dengan orang lain. Pada suatu hari, secara kebetulan, dalam suatu perjalanan menuju sebuah pesta muda-mudi, Werther berkenalan dengan seorang gadis bernama Lotte, seorang teman saudara sepupu perempuan yang mengajaknya pergi ke pesta itu. Dari saat pertama perkenalan mereka, mereka telah menemukan berbagai kecocokan yang menimbulkan simpati kedua belah pihak. Keramahan dan keluwesan Lotte dalam bergaul telah disalahtafsirkan Werther, seakan-akan Lotte memberi peluang untuk mengembangkan hubungan mereka ke arah hubungan cinta. Setelah ia menerima isyarat-isyarat pembatasan hubungan hanya sejauh persahabatan, hal ini tak dapat diterima Werther. Dengan kepiawaiannya dalam bergaul dan menggunakan intelektualitasnya Werther berusaha untuk tetap menuntut kesempatan untuk mengembangkan hubungan ke arah hubungan cinta. Hal ini terpaksa dijelaskan Lotte, juga karena desakan tunangannya yang lambat laun merasa toleransinya disalahtafsirkan Werther. Semakin menggebu-gebu usaha Werther, semakin tegas jawaban atau penolakan Lotte terhadap tuntutannya. Semua ini telah begitu membebani jiwa Werther yang dalam kehidupan kesehariannya juga menemui berbagai kegagalan, misalnya ketidakcocokannya dengan atasannya yaitu Duta Besar. Oleh karena Werther sudah tidak sanggup lagi menghadapi segala tantangan hidupnya, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan membunuh diri. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai perwujudan frustrasinya, tetapi juga sebagai ancaman kepada Lotte. Hal ini dengan terang-terangan dikemukakan kepada Lotte dan Albert tunangannya. Roman ini enak dibaca, bukan saja oleh mahasiswa-mahasiswa sastra tetapi juga oleh masyarakat umum yang rindu akan nilai-nilai sastra yang indah.