Akan tetapi, jika Anda meninjau lalu lintas darat kuno, Grand Central Station dunia adalah jaringan jalan dan rute yang menghubungkan anak benua India, Asia Tengah, dataran tinggi Iran, Mesopotamia, dan Mesir, jalan yang membentang dalam wilayah yang dikelilingi sungai dan lautan Teluk Persia, Sungai Indus dan Oxus; Laut Aral, Kaspia, dan Hitam; Mediterania, Sungai Nil, dan Laut Merah. lni yang nantinya akan menjadi dunia Islam. Sayangnya, penggunaan umum tidak memberikan satu label untuk wilayah yang kedua ini. Sebagian darinya biasa disebut Timur Tengah, tetapi memberi nama pada satu bagiannya mengaburkan keterkaitan dengan keseluruhan. Selain itu, frase Timur Tengah mengasumsikan seseorang sedang berdiri di Eropa Barat jika Anda berdiri di dataran tinggi Persia, misalnya, yang disebut Timur Tengah itu sebenarnya adalah Barat Tengah. Oleh karena itu, saya lebih suka menyebut seluruh wilayah dari Indus hingga Istanbul ini Dunia bagian Tengah, karena ia terletak di antara dunia Mediterania dan dunia China.
Dunia China, tentu saja, merupakan semesta tersendiri dan tidak banyak hubungannya dengan dua dunia lainnya; dan itu dapat diduga berdasarkan geografi semata. China terputus dari dunia Mediterania karena jaraknya yang jauh dan dari Dunia bagian Tengah karena Himalaya, Gurun Gobi, dan hutan rimba Asia Tenggara, penghalang yang hampir tak tertembus, itulah sebabnya China beserta satelit-satelit dan pesaingnya hampir tidak memasuki “sejarah dunia” yang berpusat di Dunia bagian Tengah, dan mengapa mereka jarang disebutkan dalam buku ini. Hal yang sama berlaku bagi Afrika dan gurun Sahara, terputus dari Eurasia selebihnya oleh gurun terbesar di dunia. Demikian pula, Amerika membentuk semesta berbeda yang terpisah dengan sejarah dunianya sendiri, karena alasan geografis yang lebih jelas lagi. Akan tetapi, geografi tidak memisahkan Mediterania dan Dunia bagian Tengah secara radikal seperti ia mengisolasi China atau Amerika. Kedua wilayah berkelompok sebagai dunia yang berbeda karena keduanya adalah apa yang oleh sejarawan sebut “zona inter komunikasi”: masing-masing memiliki lebih banyak interaksi secara internal dari pada dengan yang lain. Dari tempat mana pun di dekat pantai Laut Tengah, lebih mudah untuk sampai ke tempat lain yang ada di dekat pantai Laut Tengah dari pada ke Persepolis atau Sungai Indus. Demikian pula, kafilah pada rute darat yang saling melintas di Dunia bagian tengah pada zaman kuno bisa pergi ke arah mana pun dari setiap persimpangan jalan ada banyak sekali persim-pangan seperti itu. Namun ketika mereka bepergian ke barat, ke dalam Asia Kecil (yang sekarang disebut Turki), bentuk dari daratan itu sendiri secara bertahap mengantarkan mereka ke saluran paling sempit di dunia, jembatan (jika pernah ada pada waktu itu) yang menyeberangi Selat Bosporus.
Ini cenderung mengurangi arus lalu lintas darat dan membelokkan kafilah kembali ke tengah atau ke selatan sepanjang pantai Mediterania. Gosip, cerita, lelucon, jejak sejarah, mitologi agama, produk, dan sisa-sisa budaya lain mengalir bersama para pedagang, pelancong, dan penakluk. Rute perdagangan dan perjalanan dengan demikian berfungsi seperti pembuluh kapiler, mengalirkan darah peradaban. Masyarakat yang disusupi jaringan kapiler tersebut cenderung menjadi karakter dalam cerita-cerita yang beredar satu sama lain, bahkan andai pun mereka tidak sepakat tentang siapa yang baik dan siapa yang jahat. Demikianlah maka Mediterania dan dunia-dunia bagian tengah mengembangkan narasi sejarah dunia yang agak berbeda. Masyarakat yang tinggal di sekitar Mediterania memiliki alasan yang baik untuk membayangkan diri mereka sebagai pusat sejarah umat manusia, tetapi orang yang tinggal di Dunia bagian tengah juga memiliki alasan yang baik untuk berpikir bahwa mereka terletak di jantung dari semuanya. Akan tetapi, sejarah kedua dunia ini tumpang tindih, di wilayah tempat Anda sekarang menemukan Israel, tempat Anda sekarang menemukan Lebanon, tempat Anda sekarang menemukan Suriah dan Yordania, tempat Anda sekarang, pendeknya, menemukan begitu banyak masalah. Ini adalah ujung timur dunia yang di definisikan oleh jalur laut dan tepi barat dunia yang didefinisikan oleh jalur darat. Dari perspektif Mediterania, kawasan ini selalu menjadi bagian dari sejarah dunia yang memiliki Mediterania sebagai benih dan intinya. Dari perspektif lain, kawasan itu selalu menjadi bagian dari Dunia bagian tengah yang di intinya terletak Mesopotamia dan Persia. Tidakkah dari dulu hingga sekarang sering ada perseteruan yang tak kunjung tuntas tentang sebidang tanah ini: termasuk bagian dunia manakah ia...?”
Julfa Rinanda atau sering di sapa dengan Julpa bernama pena Julyinsyafar, lahir di Suak Pandan, 02 Juli 1995 Samatiga - Aceh Barat, ia adalah seorang anak cucu dari keluarga Baharuddin dan Rukayyah dari Keluarga Ayahanda. Rosmaidar dan M. Amin Thalib dari Keluarga Ibunda. Julfa Rinanda mempunyai Tiga saudara kandung dari pasangan “Jufrizal [Cek Gu] dan Lismaida [Dewi]”
Penulis menempuh Sekolah Dasarnya di SD Negeri Patek Kemudian Lanjut ke Yayasan T. Chik Lyla Perkasa MTs.S Nurul Falah Meulaboh Aceh Barat dan Meneruskan Study Teknik di SMK Negeri 2 Meulaboh (STM), kemudian pindah ke SMK Negeri 1 Banda Aceh, singkat cerita berpindah lagi dan lulus di SMK Negeri Krueng Tho, Darul Hikmah Aceh Jaya. Melanjutkan Studinya dan Lulusan S1 Ilmu Administrasi Publik di Universitas Terbuka.
Disamping study umumnya ia menempuh beberapa study sejarah, bidang keislaman, dan bidang seni sastra lainnya pada beberapa majelis Ilmu (Dayah) di Aceh yaitu merupakan pembelajaran Ilmu Tasawwuf, Filsafat Sejarah, dan bidang Seni & Sastra lainnya. Alhamdulillah sekarang pun masih mengikuti pengajian bersama Komunitas hijrah bersama Ustadz Abdul Somad dan Guru Besar/Ustadz-Ustadz Lainnya, yang mengadakan kajian hijrah pada Kajian bernama SIDAQ, salah satu Komunitas hijrah di Indonesia Komunitas ini berkategori online/digital. Adapun study online lainnya juga mengikuti program study Investasi bersama Astronacci Indonesia.
Penulis sendiri pernah meraih Award yang diselenggaran oleh WAA International pada tahun 2023 dalam kategori Book & Magazine, dan Business Plan. Pada tahun yang sama pula ia memperolah kesempatan terpilih sebagai nominasi Best Writer Book “Reality dan Cabaran Semasa” yang di selenggaran oleh University of Malaya. Pada tahun yang sama pula memenuhi panggilan PNRI Aceh melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip Aceh dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan dan terpilih sebagai penulis buku terbaik bernuansa daerah. Disamping yang baru diperoleh, sebelumnya pernah meraih penghargaan dalam bidang Seni Musik Electronic yang diselenggarakan oleh Pioneer Nation di Bali pada tahun 2015 silam. Setelah meniti karir pada bidang seni & sastra selama 3 tahun, lalu baru menempuh hal baru dan meniti karir yang lebih banyak lagi.
Saat ini bekerja pada bidang Mentoring Literasi & Numerasi pada Gerakan/Komunitas KATA SENI. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di bumi Serambi Mekkah melalui Program KATA SENI dan menempatkan Saya sebagai Tim Editor, Tim Design, Tim Layouter, Administrasi Publik, Pelaporan & Program-Program Lainnya. KATA SENI juga sudah diakui dan diapresiasikan oleh Kementerian Perpustakaan Nasional, sekarang telah bekerjasama dengan Sekolah-sekolah (SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK, SLB) di Provinsi Aceh.
Berpengalaman lainnya pada bidang project sebelum-sebelumnya seperti pada bidang Konsultan, Kontruksi, Pengadaan Barang & Jasa serta Instansi lainnya, yang tidak mungkin kusebutkan satu-persatu disini. Tidaklah membuat Saya merasa puas untuk menimba pengalaman dan wawasan ilmu dari Allah yang cukup besar dan benar adanya, dan sekarang di samping pekerjaan-pekerjaan lainnya itu, juga sedang berfokus bersama Lembaga Aceh Nusantara Global dalam membangun kembali bumi pendidikan yang beretika, dan menelusuri kepentingan sosial masyarakat, meneliti jejak-jejak sejarah lainnya.