Pertanyaan itu terus menghantui—bagaimana bila aku tanpamu? Aku, manusia yang ditakdirkan untuk terus diasingkan, terutama olehmu. Yang anehnya, masih bisa bertahan. Masih bisa tumbuh meski dipenuhi luka dan pikiran-pikiran gelap. Aku belajar melepaskan, menerima yang hilang tanpa sempat digenggam. Tapi takdir tak kehabisan cara untuk menguji: kau kembali. Datang lagi saat aku mulai pulih. Haruskah aku kembali runtuh? Atau sudah waktunya aku memilih arah yang lain—menuju dia yang telah sabar menyembuhkan lukaku?
Khairun Nisa, perempuan kelahiran Medan, 15 September 1999. Tumbuh dalam kesederhanaan, ia belajar bahwa hidup adalah tentang bertahan, mencoba lagi, dan tetap percaya pada harapan meski berkali-kali jatuh.Kini menetap di Bekasi, ia menjadikan menulis sebagai rumah pulang bagi segala rasa yang tak sempat diucapkan, yang hanya bisa disimpan dalam diam. Menulis adalah caranya mengabadikan hidup, berdamai dengan masa lalu, dan menyentuh hati orang lain lewat kata-kata.