Sekian banyak ilmuwan menghabiskan hidupnya untuk mengetahui rahasia maut, tetapi maut mengunjunginya ketika ia baru tiba di pantai samudera hakikatnya. Tidak sedikit juga yang dinamai filsuf, tekun membahas hikmat, tetapi ketika berada di pembaringan maut, ia mengeluh karena belum mengenal hakikat hidup. Kalau “hidup” saja belum diketahuinya, bagaimana ia akan mengetahui hakikat yang berada di balik hidup?
Memang, hidup dan mati adalah wewenang mutlak Allah. Apalagi di balik kematian terdapat apa yang belum pernah dilihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terjangkau oleh nalar, sebagaimana firman Allah melalui sabda Rasul-Nya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Tidak ada jalan lain bagi kaum muslimin untuk mengetahui sedikit tentang tabir misteri maut dan sesudahnya, kecuali merujuk kepada Al-Qur’an dan sabda Rasulullah SAW. Itulah yang penulis upayakan dalam buku ini.
Buku ini bisa berbicara tentang alam sesudah maut, mengajak pembaca membayangkan perjalanan manusia menuju keabadian yang dimulai dengan kematian dan berakhir di surga kelak, juga menguraikan pesan ayat-ayat serta doa-doa tahlil.
Dengan mengutip uraian-uraiannya, penulis mengharapkan kiranya kita dapat tergugah untuk mempersiapkan diri lebih tekun lagi guna menempuh jalan keabadian yang mendaki, agar mencapai puncak kebahagiaan.
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA adalah seorang cendekiawan muslim dalam ilmu-ilmu al-Qur’an dan mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998).
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, ia melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Malang, yang ia lakukan sambil menyantri di Pondok Pesantren Darul-Hadits al-Faqihiyyah.
Pada tahun 1958 ia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di Kelas II Tsanawiyah al-Azhar. Tahun 1967, ia meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadits Universitas al-Azhar. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di fakultas yang sama dan pada tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir al-Qur’an dengan tesis berjudul al-I’jaz at-Tasyri’i li al-Qur’an al-Karim.
Tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikan di almamater lamanya. Tahun 1982 ia meraih doktornya dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an dengan disertasi yang berjudul Nazhm ad-Durar li al-Biqa’iy, Tahqiq wa Dirasah. Ia lulus dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (mumtaz ma`a martabat al-syaraf al-’ula).
Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984 Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus, ia juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan, antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashbih al-Qur’an Departemen Agama (sejak 1989); Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989).
Quraish Shihab juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional, antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari`ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Saat ini, Quraish Shihab aktif menulis artikel, buku dan karya-karyanya diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Tafsir al-Mishbah, yaitu tafsir lengkap yang terdiri dari 15 volume dan telah diterbitkan sejak 2003.
Selain sebagai penulis, sehari-hari Quraish Shihab memimpin Pusat Studi al-Qur’an, lembaga nonprofit yang bertujuan untuk membumikan al-Qur’an kepada masyarakat yang pluralistik dan menciptakan kader mufasir (ahli tafsir) al-Qur’an yang profesional.