Dari Menara62 untuk Indonesia

Tulisan opini merupakan ekspresi atau pendapat pribadi penulis terkait dengan masalah tertentu. Dalam kerja jurnalistik, tulisan opini menjadi tanggung jawab pribadi si penulis. Dan, biasanya perusahaan media mencantumkan notifikasi di rubrik opini "Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan bukan menjadi tanggung jawab redaksi". Tentunya, itu dimaksudkan agar perusahaan media tidak terkena dampak apapun akibat isi opini si penulis. Ingat, satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus jutaan kepala. Luar biasa!

Sudah jamak bagi pekerja media bahwa mereka "diharamkan" mencantumkan opini pribadi saat melaporkan peristiwa. Dan, itu menjadi kepercayaan wartawan hingga saat ini, mungkin hingga kiamat. Obyektivitas adalah sesuai obyeknya. Persoalan konstruksi peristiwa itu terserah kebijakan redaktur masing-masing. Mungkin sedikit arahan dari Pemimpin Redaksi.

Tulisan opini dalam buku ini mencakup banyak hal, seperti agama, media massa, politik, jurnalisme, sosial kemasyarakatan, pertahanan negara, budaya hingga kemanusiaan. Berbicara agama tentu mengasyikkan jika disandingkan dengan kehidupan sosial, apalagi diberi bumbu intrik-intrik politik. Perang suci atas nama Tuhan pun akan dikobarkan jika ada yang berani mengusik pakem-pakem agama.

Berbicara teknologi pun tidak kalah serunya jika perspektifnya agama. Bagaimana Tuhan dilibatkan dengan Artificial Intelligence? Menarik kan? Atau aneh? Itu terserah pada penilaian pembaca. Ya, pembaca dalam perspektif media adalah raja. Pembaca tidak suka dengan medianya, alamat perusahaan media gulung tikar. Perusahaan media akan selalu hadir untuk pembaca, penonton, pendengar dan sebagainya. Coba simak tagline beberapa perusahaan media, "Kami Ada untuk Anda", "Kami Mengabarkan Anda Memutuskan", "Satu untuk Semua", "Kebanggaan Bersama Milik Bangsa", "Anda Puas Kami Lemas".

Narasinya adalah selalu "Kami" dan "Anda". "Kami" berarti perusahaan media dan "Anda" berarti masyarakat sebagai konsumen konten media. Nah, di tengah-tengah "Kami" dan "Anda" adalah perusahaan rating dan iklan yang mencoba mengambil untung di tengah rimba wacana, opini, informasi, berita, pertarungan ideologi, politik dan sebagainya.

Kembali ke menara62, Penulis menggunakan judul Menara62 karena melihat ragam aktivitas penghuni Menteng Raya 62 yang terdiri dari berbagai macam person. Mereka sama seperti orang yang aktif di ormas keagamaan lainnya. Pemikiran, kerja harian, peluh keringat yang dikorbankan untuk kepentingan organisasi, dan lebih luas lagi untuk kepentingan bangsa, negara dan agama.

Ada pengalaman yang penuh kesan. Penulis menyaksikan sendiri ada seorang penjual buku agama yang begitu-begitu saja di Menara62. Raut mukanya biasa, mungkin uang di kantongnya juga segitu-segitu saja. Tapi, kelihatannya tidak ada rasa kesal, menyesali takdir, dan tidak tampak ambisi. Penulis sendiri merasa ragu apa ada yang membeli barang dagangannya karena yang dijual pun buku atau barang yang mungkin kurang laku. 

Hidup adalah pilihan. Ada jenis orang yang bahagia karena agamanya. Sebaliknya, ada orang yang tidak peduli dengan agamanya asalkan hidupnya senang. Ada juga orang yang tidak mengerti apa itu bahagia. Orang bermacam-macam. Tuhan memang menghendaki seperti ini, dan inilah kehidupan.