PROFESIONALISME MILITER Profesionalisasi TNI

· UMMPress
5.0
1 review
Ebook
363
Pages
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

Profesionalisme militer merupakan salah satu isu yang paling

kontroversional dan sekaligus paling sulit ditelaah dibandingkan

dengan berbagai isu pada umumnya, dianggap sebagai bagian dari

kajian tentang militer. Teori-teori mengenai profesionalisme militer

seperti ditulis oleh Samuel Huntington, Morris Janowit, Anderas

Hafera atau yang lain barangkalai berhasil mengidentifikasi beragam

karakater profesionalisme, mulai dari kemampuan mereka untuk

menguasi kompetensi teknis, membangun etika profesi sampai dengan

mematuhi otoritas politik. Namun, sulit disanggah jika penulis-

penulis tersebut lebih dulu menetapakan apa yang dimaksud dengan 

kompetensi militer, hubungan superiordinasi-superiordinasi dalam

hubungan spil-militer dan bahkan tidak jarang menganggap setiap

individu punya pilihan untuk menjadi militer atau yang lain. Karena

itu, seringkali jawaban mereka tidak terlalu meyakinkan, khususnya

tentang apakah profesionalisme itu sendiri merupakan kriteria

organisasi profesi, sosial atau kultural dan apakah profesionalisasi

merupakan upaya untuk menanamkan nilai-nilai dari luar (values)

atau mengembangkan nilai-nilai luhur (virtues) yang telah mengendap

dalam pribadi seseorang jauh sebelum mereka memasuki dunia

ketentaraan. Di Indonesia, profesionalisme TNI menjadi isu yang ramai

diperbincangkan. Kalangan militer menafsirkannya secara

sempit, dengan menitik-beratkan dengan netralitas politik atau

ketidakiukutsertaan dalam politik praktiks. Kalangan sipil umumnya

menuntut lebih banyak, termasuk perilaku terhadap masyarakat sipil. 

Dalam pembahasan teoritik tentu istilah-istilah yang digunakan jauh 

lebih luas dan rumit. Para teoritisi melihatnya sebagai karakter yang

terdiri dari elemen politik, kompetensi teknis dan etika kemiliteran.

Namun, ukuran dari elemen-elemen itu sendiri bisa muncul dalam

berbagai dimensi. Jarang dipersoalkan apakah salah satu elemen,

misalnya politik, dapat dianggap sebagai karakter yang sekunder.

Sebagian besar teoritisi juga melihat militer sebagai kesatuan yang

utuh., institusi yang karena hirarkinya mematikan personalitas mereka

yang berada di dalamnya.  Tak seorangpun menyangkal ketika dikatakan bhwa

profesionalisme militer tidak muncul begitu saja dari ruang hampa,

melainkan merupakan resultan dari konteks sosial, kultural, dan

politik yang terjadi didalam maupun diluar militer. Puluhan buku

dengan judul baru dan berbagai karya ilmiah yang disusun untuk

thesis maupun disertasi doktoral dalam 3-4 tahun belakangan ini,

tidak luput dari kecenderungan besar itu. Sulit untuk menyangkal

bahwa harapan akan profesionalisme itu, karena kesadaran internal

militer maupun karena desakan luarnya, termasuk gerakan demokrasi

maupun berbagai kondisionalitas yang kerap muncul di panggung

diplomasi. 

Sadar atau tidak mereka beranjaka dari prisma tertentu. Kalangan

sipil, misalnya; cenderung mengemukakan tentang gugatan, harapan

dan pada umumnya menggemakan kekecawaan atas capaian

reformasi militer selama ini. Konon, tantara masih tetap berhasil

mempertahankan berbagai privilege mereka. Di lain pihak, kalangan

militer berkelit. Kekurangan reformasi tantara tidak lepas dari

kegagalan sipil merumuskan kebijakan, mempertahankan momentum 

dan mengeluarkan gagasan alternatif. Ada yang mengatakan bahwa 

militer justru telah menjadi korban kekuasaan Soeharto dan menjadi

pihak yang kemudian dirugikan oleh Orde Baru. Tuntutan demokrasi, liberalisasi politik, supermasi sipil seakanakan

berhadapan secera diametral dengan relativisme kultural, residu reformasi, ketidakkompetensian kalangan sipil. Penulis-penulis itu

seakan-akan menjadi garuda terbang yang melihat perkelahian antara

ular dengan harimau dan sibuk bergumul dengan pertanyaannya

sendiri, mengapa harimau atau ular tidak terbang saja dan kemudian

mematuk lawannya dari atas. Sang garuda agaknya tidak tahu bahwa 

harimau dan ular memang tidak bisa terbang. Mereka agaknya 

terjangkit apa yang ada dalam ilmu psikologi yaitu yang sering disebut

sindrom rumah kaca.  Gambaran yang muncul dari pijakan seperti itu adalah gambaran

tentang apa yang seharusnya, bukan tentang apa yang sebetulnya

terjadi.

Ratings and reviews

5.0
1 review

About the author

Muhadjir Effendy adalah Guru Besar di bidang Sosiologi Pendidikan Universitas Negeri Malang (UM). Pernah menjabat sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tiga periode hingga 2016. Ia terpilih sebagai salah satu ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dua periode, yakni 2015-2022 dan 2022-2027. 

Di pemerintahan, Muhadjir memperoleh amanat negara sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudyaaan (2016-2019), Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2019-2024). Saat ini, ia dipercaya sebagai Penasehat Khusus Presiden Bidang Haji. 

Lahir di Madiun pada 29 Juli 1956, Muhadjir sejak kecil bercita-cita ingin menjadi tentara. Ketika menjadi rektor ia justru lebih dikenal sebagai pengamat militer. Apalagi setelah menempuh pendidikan pada Visiting Program Regional and Defence Policy di National Defence University, Washington D.C. (1992), dan Long Term Course, The Management for Higher Education di Victoria University British Columbia, Canada (1991). 

Muhadjir menulis disertasi di S3 Universitas Airlangga berjudul "Pemahaman tentang Profesionalisme Militer di Tingkat Elit TNI AD (Studi Fenomenologi pada Perwira Menengah TNI AD di Daerah Garnizun Malang)". Buku ini merupakan ekstraksi dari bahan disertasi Muhadjir yang tidak dimasukkan ke dalam naskah utamanya. Sedangkan disertasi itu sendiri dibukukan dengan judul Studi Fenomenologi Jati Diri dan Profesi TNI.

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.