Semangat untuk belajar, meneliti, dan bereksperimen seperti yang dilakukan Abbas Ibn Firnas tidak muncul hanya dengan gaya pengasuhan orangtua semata, melainkan juga harus ditopang oleh lingkungan alam, ekosistem pendidikan, sosial-politik, bahkan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa.
Dr. Muhammad Najib pada buku terbarunya ini akan memaparkan berbagai aspek yang dapat membuat para ilmuwan muslim berkembang hingga dikenal jauh melampaui ruang dan waktu, bahkan berkontribusi besar pada penemuan-penemuan mutakhir di era ini.
Muhammad Najib dilahirkan di Singaraja, Bali, sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara. Pendidikan awalnya ia tempuh di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah, kemudian SMP Muhammadiyah, lalu menamatkan SMA Taman Pendidikan “45”, yang semuanya dijalani di kota kelahirannya. Ia kemudian melanjutkan studi di S1 jurusan Teknik Elektro, ITS Surabaya, kemudian mengambil S2 di bidang yang sama di ITB Bandung, dan selanjutnya mengambil S3 dalam Ilmu Politik di Pascasarjana UNAS Jakarta.
Muhammad Najib sejatinya adalah seorang guru, dan ia mengawali pengabdiannya sebagai dosen di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surabaya dan di almamaternya, ITS, serta sempat dipercaya sebagai Dekan Fakultas Teknik UNISMA, Bekasi. Ia bermetamorfosis menjadi politisi sejak munculnya gerakan Reformasi pada tahun 1998, dan ikut mendirikan Partai Amanat Nasional. Ia kemudian menjadi Pengurus Dewan Pimpinan Pusat PAN sejak berdirinya sampai sekarang. Pengabdiannya sebagai anggota DPR RI adalah pada periode 2004-2009 dan periode 2009-2014.
Pengalamannya berorganisasi dimulai dari jabatan sebagai Ketua HMI Komisariat Elektro di ITS, kemudian Ketua HMI Korkom ITS, terakhir sebagai Ketua HMI cabang Surabaya. Aktivitas berorganisasi dilanjutkan di Persyarikatan Muhammadiyah, dimulai dari Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur, kemudian dipercaya sebagai Sekjen Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, dan selanjutnya sebagai Ketua Hubungan Internasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Aktivitas organisasi lain yang pernah diembannya antara lain sebagai salah seorang ketua di World Conference on Religions and Peace (WCRP), Ketua Ikatan Alumni ITS Surabaya, Wakil Ketua Badan Kerja Sama antar-Parlemen DPR-RI, Sekretaris Fraksi PAN DPR RI, Ketua Hubungan Luar Negeri & Diaspora DPP PAN periode 2015-2020, dan sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Pengurus Pusat ICMI periode 2015-2020. Beliau saat ini menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism.
Beberapa aktivitas internasional yang pernah Muhammad Najib lakukan antara lain: Mengikuti seminar internasional tentang perdamaian di Princeton, New Jersey, Amerika; Peserta IVP (International Visiter Program) di Amerika atas undangan USIA; Delegasi Indonesia pada International Youth Camp, di Ismailia, Mesir, atas undangan pemerintah Mesir; Peserta pada International Youth Conference di Khartoum, Sudan; Sebagai delegasi Indonesia dalam World Conference on Religion.
and Peace (WCRP) di Amman, Jordania; Mengunjungi Jerman atas undangan Frederik Ebert Stiftung (FES); Mengikuti program Comparative Analysis of Political System (CAPS) di Amerika dan Jepang atas sponsor International Republican Institute (IRI); Menghadiri konvensi Partai Demokrat di Amerika atas undangan NDI; Berkunjung ke Prancis atas undangan pemerintah Prancis dalam rangka meningkatkan saling pengertian antara umat Islam Indonesia dengan bangsa Prancis; Berkunjung ke Jepang atas undangan pemerintah Jepang dalam rangka mengenal lebih dekat budaya dan sistem demokrasi yang dikembangkan di Jepang; Mengikuti CDI Political Party Development Course di ANU Australia atas undangan Center for Democratic Institutions; Berkunjung ke Australia dalam rangka memenuhi undangan Partai Buruh (ALP) untuk menyaksikan pemilu sekaligus kemenangan Kevin Rudd sebagai perdana menteri; Memimpin delegasi Indonesia dalam sidang Standing Committee on Energy di Moscow; Menjadi anggota delegasi Indonesia dalam sidang Inter Parliamentary Union (IPU) di Geneva; Menyampaikan makalah dengan judul “The Role of Parliament and Political Parties as Base on Indonesian Experiences“ pada seminar yang bertema “Enhancing The Role of Parliament and Political Parties in The Political Reform Process of Deeply Divided Societies” di Bangkok, Thailand; Menjadi peserta pada kursus politik yang diselenggarakan oleh ALP yang bekerja sama dengan Graduate School of Government Sydney, Australia; Menyampaikan makalah dengan judul “More Than Just Ratifying The CTBT” pada seminar tentang perlucutan senjata nuklir yang diselenggarakan oleh Diplomatic Academy of Vienna, Austria; Sebagai juru bicara delegasi Indonesia dalam sidang PBB di New York tentang Arms Trade Treaty (ATT); Mengunjungi minoritas muslim suku Hui di Ningxia dan suku Uighur di Xinjiang, China; Sebagai pembicara dalam konferensi internasional tentang Kashmir di Ankara (Turki); Sebagai pembicara dalam dialog Understanding Indonesian Islam, yang diorganisir oleh JNU, New Delhi (India).
Anugerah atau penghargaan yang pernah diterimanya antara lain lulus sebagai siswa terbaik di SD, SMP, dan SMA, menerima lencana emas dari Majelis Tinggi Agama Khong Hu Chu (MATAKIN), menerima penghargaan dari Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional sebagai salah seorang pendiri PAN, serta menerima Alumni Award dari ITS sebagai salah seorang alumni yang berjasa terhadap almamater. Dari ITS ia juga menerima penghargaan Wira Adhiwasesa sebagai alumni yang dinilai berjasa pada masyarakat.
Sebagai penulis, karyanya sering dimuat di harian Republika, Jawa Pos, dan RMOL. Karyanya dalam bentuk buku yang sudah diterbitkan antara lain: Sejarah Berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN Press, 2006); Jalan Demokrasi, Perbandingan Pengalaman Indonesia, Turki, dan Mesir (Republika, 2019); Kumpulan tulisan tentang Timur Tengah dan dunia Islam yang dimuat oleh Rakyat Merdeka Online yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul: Mengapa Umat Islam Tertinggal (Amanat Institute, 2021).
Tulisannya dalam bentuk novel yang sudah dipublikasikan antara lain: Bersujud di atas Bara sebagai novel yang dimuat secara bersambung di Jawa Pos (2009), kemudian diterbitkan dalam bentuk buku (AI Publishing, 2022); Safari, novel yang dimuat secara bersambung di Harian Republika (2009), kemudian diterbitkan dalam bentuk buku (AI Publishing, 2022); Di Beranda Istana Alhambra, dimuat sebagai cerita bersambung oleh zonasatunews.com, kemudian diterbitkan dalam bentuk buku (AI Publishing, 2022); Jejak Rempah: Meretas Dinamika Hubungan Timur dan Barat, merupakan cerita bersambung yang dipublikasikan oleh zonasatunews. com, kemudian diterbitkan dalam bentuk buku oleh REX8 (2025); Mencari Nur, merupakan cerita bersambung yang dipublikasikan oleh zonasatunews.com, kemudian diterbitkan dalam bentuk buku oleh REX8 (2025).
Buku-buku karyanya terasa mengalir bagai air dengan logika yang jelas. Walau sangat serius dari sisi isi dan membahas hal-hal yang berat dan sensitif secara mendalam, akan tetapi disajikan dengan cara ringan dan sederhana. Gaya tulisannya ini tidak bisa dilepaskan dari pengalamannya dalam dunia politik praktis, perjalanannya ke berbagai negara, dan luasnya genre buku yang ia baca. Tak dapat diingkari bahwa modal bahasa Inggris, Spanyol, dan bahasa Arab yang Muhammad Najib miliki terasa sangat mewarnai dan memperkaya cakrawala saat ia membahas berbagai isu.