Beliau sosok ulama’ yang tidak suka disebut-sebut kealiman dan keistimewaannya, apalagi berkaitan dengan kewalian, khawwas, kekeramatan, atau hal ihwal gaib (mistis) lainnya. Hanya saja beliau sampaikan kepada murid-murid tertentu yang pantas mengetahuinya..
Demikian juga, sejarah dan perjuangan semasa hayat beliau, tidak ada tulisan perjalanan hidupnya. Ini bukan karena kurangnya bakat dari murid-muridnya, melainkan karena mereka sadar bahwa beliau tidak suka disebut kelebihan dan perjuangannya. Oleh karena itu, tidak ada yang berani meminta izin untuk menulis biografinya.
Begitu juga setelah wafatnya, sebagian besar informasi sejarahnya hanya beredar dalam bentuk cerita dari mulut ke mulut, dari pengajian ke pengajian. Sementara para saksi hidup sejawat yang menyaksikan perjuangan beliau juga semakin berkurang karena usia senja banyaknya yang sudah meninggal dunia. Hal inilah yang mendasari kami tim penulis menyusun biografi beliau karena dikhawatirkan sejarah hidup beliau akan hilang ditelan waktu seiring meninggalnya saksi hidup beliau.
Sementara generasi pelanjut yang menjadikan beliau sebagai kebanggaan dan role model berhak mengetahui sosok Ninik yang dapat menjadi guiden perjuangan setelahnya. Maka kegelisahan inilah yang memotivasi kami untuk mengumpulkan data tentang beliau kemudian dirangkai dalam bentuk kisah-kisah yang menggambarkan dinamika perjuangan beliau terkumpul dalam satu susunan buku biografi untuk dipublikasikan secara luas agar banyak yang mendapatkan manfaat dari perjalanan hidup beliau.
Diawali dengan mengadakan pertemuan yang dipimpin oleh salah satu cucu (sibthu) beliau, Ust. Ardian Lesmana Muttaqin, kami bersepakat untuk menyusun buku biografi Ninikda TGH. Muh. Shaleh Ahmad. Kemudian hajad baik ini kami sampaikan kepada Ketua Dewan Pembina Pondok Pesantren Darussholihin NW Kalijaga, Ustadz H. Thalal Ahmad, yang juga merupakan ahli waris beliau. Dan Alhamdulillah, Ustadz H. Thalal Ahmad menyambut baik usulan tersebut bahkan memberikan kami daftar informan yang representatif.
Kami pun memfollow up kegiatan dengan pertemuan kedua membicarakan teknis yang tepat dalam menyelesaikan penyusunan buku. Pertemuan ini, menyepakati penggalian informasi melalui wawancara dengan mendatangi informan yang telah direkomendasikan. Menggalian informasi disamapikan dalam sebuah majlis diskusi yang kami beri nama Majlis Muzakaroh as-Sholihiyah. Nama “as-Sholihiyyah” dinisbatkan dari nama beliau sebagai do’a, semoga kami menjadi pengikut beliau yang bisa meneladani sifat dan perjuangan beliau.
Selama proses muzakaroh, kami menghadapi sedikit kendala ketika beberapa informan mengalami kesulitan mengingat detail-detail riwayat hidup dan perjuangan beliau. Hal ini membuat kami kesulitan dalam pengumpulan data. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk merangkai cerita-cerita tersebut menjadi sebuah kumpulan cerita perjalanan perjuangan yang kami sebut "CINTA" (Cahaya Indah Takhbir) Ninikda.
Kami memilih kata "Takhbir" yang berarti "pemberitaan" atau "cerita", karena sebagai generasi pelanjut informasi yang terdapat di dalamnya kebanyakan cerita-cerita yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Menjadi berita baru, setiap cerita yang samapikan, terasa segar dan hangat, memberikan kesan baru yang menarik untuk dibahas.
Dalam penyebutan beliau pada kumpulan cerita ini, kami menggunakan istilah "Ninik" karena kami, sebagai generasi melenial, dan Gen Z, akrab memanggilnya Ninik (dalam bahasa Sasak yang berarti sebagai kakek yang telah menunaikan ibadah haji). Panggilan ini mencerminkan kedekatan murid dengan guru, seperti hubungan keluarga antara cucu dan kakeknya. Sedangkan di kalangan jamaah yang lebih tua, beliau dikenal dengan sebutan "Wayah" (dalam bahasa Sasak yang berarti Tetua/Orang Tua), yang secara makna mendekati panggilan "Abuya". Beliau lebih suka disebut Wayah daripada sebutan Tuan Guru, karena semua muridnya sudah dianggap sebagai anak-anaknya sendiri. Beliau juga sering disebut dengan sebutan "Datuk Kalijaga", yang memiliki makna sebagai Tokoh Pemimpin Kalijaga
Cerita ini disusun dalam bentuk serial buku, agar dapat mengakomodasi lebih banyak cerita dari informan lainnya dalam serial-serial selanjutnya di masa yang akan datang. Penulisan cerita ini sebenarnya sudah menjadi impian sejak lama. Namun, karena satu dan lain hal, akhirnya impian tersebut baru dapat ditunaikan.
Munsifuddin dkk; MAJLIS MUDZAKARAH AS-SHOLIHIYAH KALIJAGA