Nyaris di sepanjang abad pertama penerimaannya, buku ini telah ditanggapi dengan penuh kesangsian dan dipandang sebagai bukti kegilaan awal penulisnya. Ini tidak mengherankan, karena ia sengaja berlebihan dengan “maklumat diri” megalomania pada judul-judul babnya, dan dengan berani mendaku “Aku bukanlah manusia, aku dinamit” kala ia mencoba untuk meledakkan satu prasangka demi prasangka dalam tradisi filsafat Barat.