usaha yang terus dilakukan Balai Pustaka untuk turut
serta mencerdaskan kehidupan bangsa, termasuk di
dalamnya adalah buku sastra dan dalam hal ini adalah
novel Nyali karya Putu Wijaya.
Putu Wijaya termasuk pengarang Indonesia tahun
1970-an yang menonjol, baik karena ciri khas di dalam
karya-karyanya maupun dalam produktivitasnya berkarya.
Karangan-karangannya selalu menarik untuk
disimak, di antaranya berupa drama, cerita pendek,
novel, dan esai.
Sudah belasan buku karya Putu Wijaya–baik yang
berbentuk novel, kumpulan cerita pendek, maupun
drama–diterbitkan oleh Balai Pustaka sejak awal dekade
1980-an, di antaranya Nyali, Lho, Merdeka, Dor, Bom,
Gerr, dan Gres. Putu Wijaya dikenal sebagai seniman
serbabisa, seorang maestro yang produktif dalam berkarya.
Di dunia sastra Indonesia, pembicaraan mengenai Putu
Wijaya hampir selalu dikaitkan dengan dunia fantastis
dan absurd yang larut dalam cerita dan drama. Selain itu
renik budaya Bali yang dijelajahi olehnya dan muncul di dalam karyanya juga bagaikan sumur inspirasi yang tidak
pernah kering sehingga menjadi semacam salah satu ciri
khas.
Balai Pustaka berbangga dapat terus menerbitkan
karya-karya terbaik sastrawan Indonesia Putu Wijaya.
Berbagai penghargaan Nasional maupun International
diterima olehnya dan tahun kemarin, Presiden RI ke-7,
Ir. Joko Widodo, memberikan Penghargaan Budayawan
kepada Putu Wijaya dalam acara Kongres Kebudayaan
Indonesia di Kantor Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta Pusat.
Kini kita berhadapan dengan karya terbaru Putu
Wijaya. Kita sebagai pembaca tentu bertanya-tanya,
kejutan macam apa yang akan kita temui di dalam
Plot ini? Selamat membaca dan menemukan kembali
pertanyaan-pertanyaan hidup yang hakiki.