Buku Hak untuk Malas menarik untuk dibaca, karena menggugah pikiran kita untuk mempertanyakan klaim-klaim tentang kerja keras yang selama ini banyak dipercaya. Lafargue dalam buku ini juga mencapai kesimpulan bahwa budaya kerja keras alih-alih menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan, justru menjadi penyebab utama kelelahan fisik dan mental pekerja. Akibat kerja secara berlebih, bukannya menjadi sejahtera, para pekerja justru tidak bisa menikmati waktu untuk mengaktualisasi diri dan menemukan kebahagian hidup.
PAUL LAFARGUE (1842-1911) lahir di Santiago, Kuba, dan tinggal di sana hingga usia sembilan tahun, setelah itu ia mengikuti keluarganya kembali ke kampung halamannya di Bordeaux, Prancis. Pada awal usia dua puluhan, Lafargue mulai belajar kedokteran di Paris, tetapi setelah ikut serta dalam sebuah pertemuan sosialis, dia dilarang masuk ke universitas di Prancis. Ia kemudian meninggalkan negara itu untuk melanjutkan studinya di London, Inggris. Di sana ia bekerja sebagai sekretaris Karl Marx dan menikahi putri Marx, Laura. Kembali ke Prancis pada tahun 1870, ia turut serta dalam Komune Paris dan sekali lagi dipaksa untuk meninggalkan negara itu, pertama ke Spanyol dan kemudian ke Inggris. Pada tahun 1882, setelah Komune diberikan amnesti, ia dan Laura kembali dan menetap di Prancis, di mana Lafargue menjadi terkenal sebagai penulis pamflet dan artikel tentang politik dan sastra.