Dari rangkaian kisah pewayangan yang aslinya dituturkan dalam berjilid-jilid buku, yang ditulis oleh pujangga India dalam berbagai versi, Triyanto menghidupkan kembali tokoh-tokoh yang terlibat dalam sejumlah peristiwa yang, setidak-tidaknya dalam pementasan wayang kulit, lebih banyak menampilkan tindakan tinimbang renungan. Peristiwa, dengan demikian menjadi lebih penting—antara lain karena wayang adalah tontonan. Namun, bagi dalang Triyanto yang penting bukan peristiwa tetapi tokoh, bahkan mungkin bukan si tokoh tetapi apa yang mendidih dalam benak si tokoh.
Sapardi Djoko Damono