Ini bukan sekadar analisis sosiologi konsumsi. Dengan ketajaman filosofis, buku ini menelusuri akar krisis ini pada metafisika dan berpikir kalkulatif (rechnendes Denken) yang berujung pada Seinsvergessenheit, pelupaan Ada yang mendera epos kita. Ia membedah bagaimana kita, sebagai Dasein, terancam direduksi menjadi sekadar unit dalam algoritma, terasing dari makna otentik.
Namun, penelusuran ini membuka jalan pembalikan (Kehre). Dengan mendalami tawaran Heidegger, buku ini menyajikan kemungkinan Berpikir Merenung (Besinnliches Denken) sebagai alternatif radikal dari kalkulasi. Ia menawarkan Pelepasan terhadap segala sesuatu (Die Gelassenheit) dan Keterbukaan terhadap misteri (Offenheit für das Geheimnis)—sikap-sikap yang memanggil Dasein untuk berani menghadapi pertanyaan fundamental dan merebut kembali Ada dari persembunyiannya di balik tirai digital.
Melalui studi kasus yang relevan dan analisis filosofis yang mendalam, buku ini adalah kompas kritis bagi Dasein di era digital, sebuah undangan untuk menolak kepuasan permukaan dan menapaki jalan Denken yang otentik, menggali kembali makna di tengah dominasi Gestell.
Dr. Rifqi Khairul Anam, M.Si., adalah seorang akademisi yang mendedikasikan pemikirannya pada persinggungan filsafat, sosiologi, dan kondisi eksistensi manusia di era modern. Beliau meraih gelar Doktor di bidang Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2021, dengan fokus disertasi pada filsafat teknologi Martin Heidegger, yang menjadi landasan kuat bagi penelusurannya hingga kini. Sebelumnya, beliau menyelesaikan studi Sarjana dan Magister Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Saat ini, Beliau bekerja sebagai Dosen Pendidikan Agama Islam di Institut Ahmad Dahlan Probolinggo. Minat penelitian dan refleksi filosofis Beliau melingkupi eksistensialisme, filsafat teknologi, dan persoalan mendasar mengenai Ada (Sein), ketiadaan (Nichts), serta nasib Dasein di tengah tantangan zaman, termasuk pelupaan Ada (Seinsvergessenheit) dan dominasi berpikir kalkulatif.
Buku ini merupakan salah satu kontribusi Beliau dalam meretas jalan pemahaman otentik di tengah epos teknologi, melanjutkan pergulatan filosofis yang telah Beliau tekuni selama bertahun-tahun dan termanifestasi dalam berbagai publikasi, termasuk buku The Abyss And The Ascent.