Rubaiyat Den Sastro memuat sejumlah sajak Sapardi Djoko Damono yang dititipkan sekitar dua dekade lalu. Sajak-sajak itu belum pernah diterbitkan, terjilid sederhana dibungkus amplop cokelat, dan disimpan dalam koper di sebuah rumah kawan yang ia percayai.
Sajak-sajak itu kini berjingkat menemui pembacanya.
Bersama sajak-sajak itu, sejumlah kisah juga dihadirkan, dijuduli Akhirnya, Rubaiyat Den Sastro Tiba. Kisah-kisah yang ditulis oleh sahabat, keluarga, editor, penyair muda yang belajar, hingga mahasiswanya—Adimas Immanuel, Dee Lestari, Reda Gaudiamo, Hilmar Farid, Dorothea Rosa, Sonya Indriati Sondakh, Sunu Wasono—meminjamkan lubang intip lain untuk mengenal sosok penyair besar Indonesia ini sebagai manusia hari-hari.
Buku sejumlah sajak dan kisah Sapardi Djoko Damono digambari oleh Iwan Effendi, penggambar asal Yogyakarta. Dua buku ini hadir sebagai satu bagian yang diterbitkan oleh Indonesia Tera.
Selamat mengenang dan sekali lagi mengenal Sapardi Djoko Damono.
"- "Tahun ini puisi-puisi yang ditulis dua dasawarsa lalu akan diterbitkan Indonesia Tera, untuk melengkapi semua karya yang merupakan warisan Bapak untuk kita semua."
‘1989–2020 dari “Aku Ingin” sampai mBoel; Perjalanan 30 Tahun bersama Bapak’ oleh Sonya Indriati Sondakh dalam Akhirnya, Den Sastro Tiba, Sejumlah Kisah tentang Sapardi Djoko Damono dan Sajaknya
Buku persembahan penerbit IndonesiaTera
#IndonesiaTera