adalah Bumi, satu-satunya tempatku menuju. Seperti namaku, aku selalu
siap jatuh untuknya. Dan seperti namanya pula, ia selalu merinduiku dalam
keterbatasannya. Kami memiliki rasa yang sama, dengan cara dan sudut pandang
berbeda. Betapa pun kerasnya mencintai, alam tak selalu menginginkan kami
bersama, kecuali hanya untuk sekadar melepas rindu. Sepi, sunyi, merindui, dan
mencintainya dalam diam adalah pekerjaanku sehari-hari. Aku yakin dia pun
sama. Merasakan lelah, sudah barang tentu sering kualami. Cemburu sendiri
dengan keadaan, amarah yang tak terbendung pun membuat berantakan. Lalu
diam-diam merasakan kesendirian, seolah aku mencintai dan merinduinya
sendiri sementara dia tidak merasakan apa yang kurasakan. Dalam seluruh
ragu ini, hatiku tetap ingin percaya bahwa hatinya hanya memiliku sebagai
pemiliknya. Semoga benar seperti itu. Apapun kemungkinannya, aku di sini
hanya mampu berpuisi. Menyenandungkan lagu rindu bagi jiwaku yang selalu
menunggu peluknya untuk meredakan resahku. Ya, pelukan, satu-satunya hal
yang mampu membuatku kuat dalam tiap jengkal ketidakberdayaan. Puisi
Pelukan Hujan, ditulis dengan sejujur-jujurnya perasaan. Berharap mampu
mewakili setiap rasa yang tak mampu disampaikan.
SM alias Senandika Amaya, lahir di Pasuruan, Jawa Timur 20 Januari 1990. Menamatkan studi S1 Psikologi di Universitas Negeri Malang (2013). Seorang pencinta puisi, pecandu pelukan, dan penikmat hujan. Ketertarikannya pada puisi dimulai sejak usia 11 tahun. Bermula dari permintaan teman-teman sekolah untuk membantu mengerjakan tugas menulis puisi. Hingga hari ini, puisi sudah menjadi bagian yang lekat dalam dirinya.
Yanti Hanahime merupakan penulis yang produktif. Puluhan artikelnya telah terbit di media massa, baik cetak maupun online. Buku-bukunya juga sudah beredar luas dan dapat anda nikmati.