Namun, perintah toleransi dan semangat perdamaian seringkali direduksi oleh golongan ekstrimis, radikal, dan intoleran. Mereka melakukan pembantaian sadis terhadap orang-orang yang dianggap keluar dari golongan mereka atau bukan dari golongan mereka. Dengan kata lain, selain dari golongan mereka adalah salah dan sesat. Dan orang yang sesat halal darahnya dibunuh. Perilaku dan tindakan seperti ini membuat Islam tampil di muka bumi dengan wajah kekerasan dan tidak berkerahmatan.
Dalam tinjauan sosio-historis, benih-benih kelompok ekstrimis dan radikal mula-mula muncul dalam dunia Islam ketika terjadi perang Shifin yaitu perebutan kekuasaan antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Dalam peristiwa tersebut, berujung pada penyelesaian konflik dengan cara Tahkim/Arbitrase. Dalam kegentingan ini, golongan Ali sebagian ada yang setujuh dan ada yang menolak. Orang yang setujuh dengan keputusan ini disebut Syi’ah, yakni pengikut Ali dan yang menolak disebut sebagai Khawariz. Yaitu sahabat Ali yang menolak perdamaian dan mengkafirkan tindakan Ali dan Mu’awiyah. Sehingga mereka berusaha untuk membunuh Ali dan Mu’awiyah.
Dalam konteks Indonesia, praktik kekerasan atas nama agama kerapkali masih terus dilakukan. Kasus Bom Bali I dan II, peristiwa tragedi WTC sebelas September di Aceh, Tragedi Bali 12 Oktober 2002, Operasi Militer di Aceh, Tragedi Bom di Hotel JW Marriot, Bom Thamrin, bom kampung Melayu, hingga bom Gereja di Surabaya yang belum lama ini terjadi. Kenyataan tersebut, adalah bukti bahwa Indonesia masih belum terbebas dari ancaman gerakan radikalisme dan terorisme.
Atas dasar fakta dan kasuistik inilah, maka kehadiran Islam Keindonesiaan sangatlah penting. Sebagai benteng pertahanan untuk meredam dan membendung pemikiran dan tindakan radikalisme dan intoleransi. Islam Indonesia adalah Islam yang berada di Indonesia yaitu menggabungkan antara Islam dan nilai-nilai kebudayaan yang diwarisi secara turun temurun. Oleh karena itu, wujud nyata dari Islam Indonesia adalah sejalan dengan visi dan misi hadirnya Islam di muka bumi yaitu menyempurnakan akhlak manusia dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Subhan Hi. Ali Dodego, lahir pada tanggal 10 Mei 1996, di desa Galao Kec. Loloda Utara Kab. Halmahera Utara, Prov. Maluku Utara. Putra pertama dari pasangan Jamil Hi. Ali Dodego dan Mariam Kofia.Berasal dari keluarga petani. Tugas kesehariannya sebagai Mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Agama Islam, IAIN Ternate. Pendidikan dasar di SD Islamiyah 2 Galao, lulus 2007, melanjutkan belajar pada SMP Aliman Galao, lulus 2010, dan Madrasah Aliyah Al-Khairaat Tobelo, lulus 2014. Pada tahun 2016 melanjutkan pendidikan di IAIN Ternate.
Dalam organisasi intra kampus, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pusat Studi Mahasiswa (PSM) Ulil Albab IAIN Ternate periode 2017-2018, pengurus di Himpunan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah periode 2018-2019, Lembaga Pers Mahasiswa (LEMPERSMA) periode 2018-2019, dan sebagai Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (DEMA-I) IAIN Ternate Periode 2018-2019. Kemudian di organisasi ekstra kampus ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Ushuluddin IAIN Ternate periode 2019-2020, Ketua Umum Alumni Parade Cinta Tanah Air (PCTA) Provinsi Maluku utara periode 2020-2021.
Sebelum tamat Subhan aktif menulis dan mengikuti berbagai lomba di tingkat lokal, regional dan nasional.Ia pernah meraihJuara I Lomba Musabaqah Maqalah Qur’an (MMQ) Tingkat Nasiona pada kegiatan Pekan Olahraga, Riset dan Ornamen Seni (POROS INTIM) PTKIN SE-Indonesia Timur di Makassar Tahun 2018.Ia juga aktif menulis di beberapa media seperti,Koran Jakarta, Tangsel Post, Radar Banten, Malut Post, Radar Halmahera dan dibeberapa media online.