PAJAK PERTAMBAHAN NILAI : PENYERAHAN JASA APLIKASI OJEK ONLINE (OJOL)

Seiring dengan perkembangan teknologi dan industri 4.0, tidak bisa dipungkiri ekonomi digital akan semakin berkembang di Indonesia. Ekonomi digital Indonesia merupakan pasar yang strategis bagi berbagai penjual baik dari dalam maupun luar negeri. Selain memberikan kontribusi terhadap PDB Indonesia, ekonomi digital direalisasikan dengan menerapkan teknologi digital terhadap usaha yang sebelumnya sudah ada. Salah satu usaha yang sudah dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi digital adalah ojek. Seiring dengan perkembangan zaman, ojek yang memanfaatkan teknologi digital disebut dengan ojek online. Di Indonesia, ojek online mulai bermunculan pada tahun 2015. Awalnya hanya ada dua operator ojek online yaitu Gojek dan Grab, setelah itu muncul berbagai ojek online seperti Uber, Maxim, Nujek dan lainya.

Ojek online menawarkan tarif lebih murah & transparan, praktis, nyaman dan aman. Oleh karena itu, masyarakat merespon dengan antusias dan membuat ojek online berkembang dengan pesat di Indonesia. Munculnya berbagai ojek online dan besarnya minat pengguna ojek online di Indonesia menimbulkan lapangan kerja baru yaitu sebagai pengemudi ojek online. Dalam proses bisnis ojek online terdapat sistem bagi hasil antara operator ojek online dengan mitra, besaran bagi hasil ada yang 20?n 10%. Dengan demikian selain melakukan penyerahan jasa kepada pelanggan, operator ojek online juga melakukan penyerahan jasa aplikas kepada mitra yaitu atas jasa mempertemukan antara pelanggan dengan mitra (pengemudi ojek).

Buku ini mengupas tuntas penganaan pajak pertambahan nilai atas penyerahan jasa penggunaan aplikasi ojek online. Buku ini menghadirkan pandangan narasumber yang merupakan akademisi, praktisi, dan peneliti perpajakan.