menjadikan Aceh tempat peleburan
kebudayaan, termasuk masakan.
Hasilnya: variasi hidangan yang
bagai tak berujung, dengan rempah
rempah sebagai pangkal kelegitannya.
Masyarakat Aceh memiliki akses ke pala,
cengkeh, lada, dan sebagainya sejak
abad ke-16. Di sana, untuk satu masakan
saja bisa 27 jenis rempah masuk ke kuali.
Ratusan batu nisan di Gampong Pande
itu menjadi saksi bisu masa lalu Aceh
yang gemah ripah. Ada yang dipagari,
seperti Makam Tuan Di Kandang dan
Putroe Ijo, tapi lebih banyak yang
terserak di sela pohon bakau yang
ditanam pasca-tsunami 2004.