Kemudian rasa syukurku mengendap di ruang hati pada tubuh yang lemah ini. Aku yakin bahwa diri ini hanya salah satu wayang milik dalang yang Maha Baik. Dalang itu adalah Alloh SWT. Aku adalah hamba dari dzat yang Maha Kuasa atas jagat raya yang melaut. Aku berasal dari kasih sayangnya yang tanpa batas dan akan kembali kepadanya dengan tanggung jawab atas apa yang telah kulakukan di dunia ini. Aku mencari cara agar selamat di hadapan pengadilannya kelak.
Aku mencari-cari cara yang dapat menyelamatkanku di hari yang menegangkan itu. Aku yakin ini adalah satu-satunya cara untuk membawaku pada kebahagiaan yang sejati. Cara itu adalah mencintai Kanjeng Nabi Saw. Alloh Swt bilang bahwa “Jika memang hambaku mencintaiku, suruh mereka mengikutimu (Muhammad Saw)”.
Tajudin Afgani, penulis yang dilahirkan di salah satu desa paling selatan Kabupaten Pringsewu, pada tanggal 16 Mei 1996. Ia merupakan anak pertama dari kedua orang tua yang bersuku Jawa. Kesukaannya yaitu bermain sepak bola dan jalan-jalan.
Salah satu motto hidupnya yaitu “Jangan paksa seseorang untuk mencintaimu”. Ia memulai pendidikan formal di TK Aisyah Bustanul Atfal Parerejo dan pernah menjadi salah satu wisudawan di Universitas Lampung untuk Program Studi Pendidikan Biologi dengan IPK diatas 3 koma saat terjadi pandemi korona.