Mereka lebih berpikir “nanti bagaimana?” saat diajak berbuat baik. Padahal harusnya yang tebersit dalam pikirannya adalah “bagaimana nanti saja lah”. Sebaliknya, saat diajak kepada hal-hal yang mudharat atau bahkan maksiat kepada Allah lebih berpikir “bagaimana nanti saja lah” daripada “nanti bagaimana kalau saya berbuat ini?”
Akan sampai kapan sikap kita seperti ini? Berubahlah menjadi lebih baik sebelum ajal menjemput atau sebelum matahari terbit dari barat. Namun, apakah kita tahu kapan ajal akan menjemput kita? Mulailah hari ini, mulailah saat ini, dan mulailah dari hal yang kecil. Bismillah, Allah senantiasa bersama orang-orang yang memperbaiki diri.
[Gema Insani]
Penulis ini merupakan anak bungsu dari orang tuanya yang berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan. Setamat SMK pada tahun 2012, anak bungsu dari 3 bersaudara ini memilih menjadi ‘mahasiswa rantauan’ di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Studi Muamalat.
Hari-harinya banyak dihabiskan dengan membaca buku, menulis, dan aktif di berbagai kegiatan. Selain berkuliah, penulis juga diberi amanah di Departemen Pengkaderan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di samping itu, ia juga seorang aktivis gerakan #IndonesiaTanpaJIL, sebuah gerakan yang melawan pemikiran sesat Sepilis (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme), dan menjadi koordinator chapter Yogya.
Penulis juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan kajian di kampus-kampus mau pun masjid-masjid baik di Yogyakarta ataupun di luar Yogyakarta.