Buku ini adalah pelukan hangat untuk semua yang merasa "biasa-biasa saja" di dunia yang terobsesi dengan keistimewaan. Dalam budaya yang menjadikan pencapaian sebagai tolok ukur nilai diri, Maximise Your Mediocrity hadir sebagai napas segar—mengajak kita untuk berhenti mengejar versi diri yang tak pernah cukup, dan mulai mencintai hidup yang kita jalani hari ini, apa adanya.
Lewat narasi reflektif, jujur, jenaka, dan kadang getir, Dian Nafi membongkar mitos tentang kesuksesan, produktivitas, dan pencitraan. Ia menantang kita untuk melihat bahwa justru dalam ‘kebiasaan’ dan ‘keseharian’—dalam kegagalan, kemalasan, dan ketidaksempurnaan—terdapat ruang untuk bertumbuh, untuk bahagia, untuk hidup secara penuh.
Ini bukan buku motivasi yang akan menyuruhmu jadi hebat.
Ini adalah buku pengingat bahwa kamu tetap layak dicintai, bahkan saat tidak hebat.
Bahwa kamu boleh… gagal, lambat, tidak tahu, tidak pasti, dan tetap bernilai.
Bahwa mediocre bukan kutukan—tapi mungkin justru jalan pulang ke versi dirimu yang paling jujur.
Untuk kamu yang bosan jadi “versi terbaik”, buku ini akan menemanimu jadi versi paling damai dari dirimu.
Dian Nafi adalah seorang penulis, arsitek, dosen, dan penggembala ide-ide. Ia telah menulis puluhan buku dengan berbagai genre: dari fiksi, nonfiksi, spiritualitas, desain, urban studies, hingga refleksi kehidupan yang menyentuh dan membangkitkan kesadaran. Dalam setiap karyanya, Dian memadukan narasi yang puitis, reflektif, dan membumi, menghadirkan pengalaman membaca yang tidak hanya menyentuh akal, tapi juga hati.
Latar belakangnya di bidang arsitektur membentuk cara pandangnya terhadap kehidupan: sebagai ruang yang bisa dirancang ulang, dibongkar, dan dibangun kembali sesuai nilai dan kebermaknaan. Ia percaya bahwa hidup bukan soal menjadi versi terbaik menurut standar orang lain, tapi tentang merancang kehidupan yang autentik menurut ukuran kita sendiri.
Lewat buku Maximise Your Mediocrity, Dian merayakan keberanian untuk hidup biasa-biasa saja di tengah dunia yang haus akan pencapaian. Ia menulis bukan sebagai motivator dari podium tinggi, tapi sebagai teman seperjalanan—yang juga masih jatuh bangun, masih berantakan, tapi terus memilih untuk hadir.
Selain menulis, Dian aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat, pendidikan alternatif, dan proyek-proyek kreatif yang berakar pada spiritualitas, budaya lokal, dan kesadaran ekologis. Ia bisa ditemukan di sela-sela kelas arsitektur, komunitas literasi, atau sekadar duduk sendiri di kedai kopi kecil sambil menulis di jurnalnya.