“Bukan hanya kunci pintu, tapi kunci tubuh, sejarah, bahkan semesta.” Sejak saat itu, rahasia demi rahasia mulai terkuak. Bahwa lagu anak-anak Sunda adalah mantra purba. Tembang Cianjuran bukan hanya seni vokal, tapi sistem astronomi bunyi. Lalu dalam sejarah Cianjur, dalam sosok Dalem Pancaniti, tersimpan resonansi yang bukan hanya milik tanah Priangan, tapi milik umat manusia.
Saep Lukman,
lahir di Cianjur pada 3 Agustus 1973, adalah wartawan, aktivis, pendidik, dan pelestari budaya. Perjalanannya dimulai sejak mendirikan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) An-Nur Cianjur pada 1991 dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Cianjur pada 1993.
Sebagai jurnalis, ia mengabdi selama satu dekade di Kantor Berita Indonesia ANTARA (1997-2007) sebelum menjadi Direktur PT Equivalent Media Tech. Dalam dunia politik, ia pernah menjabat sebagai anggota dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cianjur periode 2009-2014 dan Tenaga Ahli Bupati Cianjur sejak 2018-2023.
Di bidang pelestarian budaya, Saep adalah anggota Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Cianjur dan Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, menunjukkan komitmen strategisnya bagi upaya pemajuan kebudayaan di daerahnya.
Sebagai penulis, Saep Lukman dikenal melalui novel Cinta Kopi dan Kekuasaan: Kesaksian Nyai Apun Gencay (Langgam Pustaka, 2025). Novel yang mengangkat sedikit dari serpihan sejarah lokal ini sempat beberapa kali dipentaskan dalam pertunjukan monolog. Di samping menghasilkan beberapa cerpen seperti “Big Ekuinok” (iNews.id, 2024) yang membahas eksperimen komunikasi manusia di masa depan, dan “Menjangkau Pucuk Pohon Tertinggi” yang menggambarkan pencarian makna hidup.
Melalui dedikasinya di bidang literasi, sosial, politik, dan budaya, Saep Lukman terus menginspirasi dan memberikan kontribusi yang signifikan, salah satunya melalui program kelas menulis bagi pelajar dan mahasiswa bersama beberapa koleganya di Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia dan komunitas penulis Cianjur.