Isi buku disusun secara sistematis, mulai dari pengenalan istilah homiletika, teladan pengkhotbah dalam Alkitab, karakter dan kualitas seorang pelayan firman, hingga pemahaman audiens sebagai pendengar khotbah. Penulis menekankan bahwa pengkhotbah sejati bukan hanya seorang komunikator, melainkan saksi hidup dari firman yang diberitakannya. Karena itu, integritas, kehidupan doa, cinta pada Alkitab, serta kerendahan hati menjadi fondasi utama dalam pelayanan mimbar.
Lebih jauh, buku ini mengulas tipe-tipe khotbah (renungan, kesaksian, topikal, tekstual, hingga ekspositori), teknik mempersiapkan naskah khotbah, pemilihan topik, penyusunan pendahuluan, tubuh, dan kesimpulan khotbah. Disertakan pula panduan praktis hermeneutika dalam menafsir teks Alkitab, strategi penyampaian yang komunikatif, penggunaan ilustrasi, hingga evaluasi presentasi khotbah. Dengan bahasa yang sederhana, penulis menggabungkan teori teologis dengan contoh-contoh praktis sehingga dapat diaplikasikan oleh berbagai kalangan, dari pelayan awam hingga mahasiswa teologi.
Melalui pendekatan kreatif, buku ini menekankan bahwa khotbah bukan hanya produk kecakapan manusiawi, tetapi sinergi antara persiapan yang sungguh-sungguh dan karya Roh Kudus. Akhirnya, Homiletika Kreatif dihadirkan sebagai panduan untuk menolong gereja menghasilkan pengkhotbah yang tidak hanya fasih berbicara, tetapi juga hidup dalam kuasa firman yang diberitakan—demi membangun jemaat yang bertumbuh dalam iman, kasih, dan transformasi hidup.
Marde Christian Stenly Mawikere melayani sebagai dosen tetap di Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, dan mendapat tugas tambahan sebagai ketua Program Studi Teologi Stratum Dua (sejak Agustus 2023) dan wakil direktur pascasarjana (November 2018−Juni 2020). Sebelumnya, ia melayani sebagai misionaris di Yayasan Pelayanan Desa Terpadu (PESAT) dari tahun 1995−2018. Selama masa pengabdiannya di Yayasan PESAT, ia pernah menjabat sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi Agama Kristen Terpadu PESAT (dahulu Sekolah Tinggi Teologi Terpadu-Pondok Seminari PESAT) pada tahun 2000–2018, serta sebagai ketua Wilayah PESAT Papua (2009–2018). Selain itu, ia juga pernah menjadi dosen tidak tetap di beberapa institusi pendidikan tinggi, antara lain, Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Diaspora Wamena, Papua (2010–2017), Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Wamena (2013–2016), Sekolah Tinggi Teologi Reformasi Wamena (2014–2017) serta Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Sentani, Papua (2015–2016). Marde Mawikere meraih gelar doktor teologi dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jaffray Makassar (2017), magister teologi dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Gereja Kristen Injili Izaak Samuel Kijne, Jayapura, Papua (2013), serta sarjana sains teologi dari institusi yang sama (2010). Ia juga memperoleh gelar master of arts in missions dari Program Pascasarjana Institut Studi Pembangunan dan Kemasyarakatan (Institute for Community and Development Studies), Jakarta (2008), serta sarjana teologi dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Terpadu PESAT (2000). Sudiria Hura adalah peneliti dan tenaga kependidikan arsiparis di Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Institut Agama Kristen Negeri 95 (IAKN) Manado, serta pernah menjadi pengajar di Program Studi Pendidikan Kristen Anak Usia Dini, IAKN Manado. Sebelumnya, ia melayani sebagai misionaris di Yayasan Pelayanan Desa Terpadu (PESAT) dari tahun 2000 hingga 2018. Dalam masa pelayanannya, ia pernah menjadi guru dan kepala sekolah di Play Group & Taman Kanak-Kanak Ceria Terpadu Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua (2009–2018). Sudiria Hura memperoleh gelar magister teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Johanes Calvin Bali (2016), sarjana pendidikan Kristen dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena, Papua (2012), serta sarjana teologi dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Terpadu PESAT (2007). Kedua penulis merupakan pasangan suami istri yang dikaruniai dua anak, yaitu Jean Calvin Riedel Mawikere dan Daniella Beauty Melanesia Mawikere. Saat ini, mereka menetap di Manado, Sulawesi Utara