Rahwana dari tempat duduknya semakin menyeringai.
“Tidak akan pernah kulepaskan titisan Dewi Widowati yang sudah seharusnya menjadi milikku,” kata Rahwana.
Sementara itu, api yang membakar tubuhku semakin membesar dan bertambah besar. Bahkan aku merasa seperti makhluk yang memang terbuat dari api, dan aku tetap hidup tanpa ada satu helai bulu pun yang terbakar.
“Pikirkanlah, Rahwana,” kubilang. “Engkau tidak pernah tahu takdir Alengka, apakah akan selamanya memenangkan pertempuran bersamamu, atau pada akhirnya kau akan menemui akhir dari segala kejayaan tersebut.”
Rahwana terlihat semakin marah. Ia kemudian memerintahkan prajuritnya untuk segera membunuhku.
Berhasilkah Hanoman melawan Rahwana dan seluruh prajurit Alengka? Mampukah ia menyelamatkan Dewi Sita dan mempertemukannya kembali dengan Rama?
Zulham Farobi, lahir pada musim hujan akhir di tahun 1994 yang hampir mengering. Menyamar sebagai manusia dalam bentuk laki-laki yang sering lupa simpan gunting kuku.
Keliling Pulau Jawa empat kali. Lihat dua gorila bercinta di umur 7 tahun. Berhenti makan cokelat payung di umur 13 tahun. Berusaha jadi lebih manis dan lebih disukai, lebih bermanfaat dan lebih senang, serta lebih tenang dan lebih sempurna dari Enny Beatrice.
Rambut panjang. Tidak ada bulu lain selain kumis, termasuk tidak ada bulu di dada dan di leher. Tidak ada kata terlalu indah, tidak ada ilmu terlalu rumit. Semuanya berjalan. Belajar dalam hidup, termasuk dari orang lain dan pengalaman.
Tidur larut, susah bangun pagi. Kopi hitam dan antiseptik. Bersepeda di antara gedung, berlari di atas gunung, dan bernyanyi di depan kipas angin. Tidak ada laut paling dalam atau langit paling tinggi. Di mana bumi dipijak, di mana ruang dihuni, di situ langit dijinjing, di situ ada reuni.
Pernah terluka, ketawa, sedih, marah, dan kecewa. Kadang berbohong, menangis, lalu menyelam. Berjanji akan minum anggur, makan, berkawan, dan berusaha untuk tidak nyontek. Cheers!