-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Dulu temanku pernah bercerita tentang pengalaman kami bercinta dengan Ci Fiona guru les kami. Sekarang aku, Hans akan bercerita tentang pengalaman lain bersamanya.
Ceritanya begini, memang sejak peristiwa itu kami sering mengulangi perbuatan itu lagi, namun selepas SMU kami berhenti les dengannya. Sejak itu sudah jarang sekali bertemu dengannya, apalagi waktu pacarnya yang di US pulang liburan.
Hampir 2 tahun telah berlalu, tak terasa aku telah memasuki liburan semester 3. Liburan yang panjang selama 1 bulan lebih membuatku bosan, kerjaku hanya membantu di toko orang tuaku dan jalan-jalan di mall. Asiung sibuk dengan pacarnya, Vernand melewati liburan di Taiwan. Dan yang lebih membuatku stress adalah aku sedang ribut dengan pacarku, padahal gara-gara masalah sepele.
Ditengah rasa bosan itu, pada suatu hari aku berjalan-jalan di Mall Taman Anggrek sendirian. Lumayan menghilangkan perasaan stress dengan merokok sambil melihat-lihat barang-barang dan gadis-gadis cantik lalu-lalang. Ketika aku sedang melihat-lihat barang jualan, tiba-tiba bahuku ditepuk seseorang, “Hans, lagi apa sendirian di sini?”
Aku membalikkan badan dan seorang wanita cantik berdiri di belakangku.
“Masih inget nggak?” tanyanya.
Setelah memutar ingatan sejenak aku baru ingat, “Ohh.. Ci Fiona nih, wah udah lama nggak ketemu ya, gimana kabarnya Ci baik-baik aja?”
Dia masih cantik seperti dulu meskipun penampilannya sedikit berubah, rambutnya yang dulu panjang sedada & dikuncir itu kini tinggal sebahu lebih dan waktu itu tidak berkacamata karena memakai soft lens, namun body dan kecantikannya tidak berubah sedikit pun. Dia sudah selesai kuliah tapi belum mendapat pekerjaan tetap, maka dia membuka les privat di rumahnya untuk siswa SD-SMU.
“Cici sendirian juga nih, ngapain? belanja?” tanyaku.
“Iya, Cici juga lagi kosong hari ini, mau liat-liat barang sekalian mau belanja dikit di supermarket, eh nggak taunya ketemu kamu Hans.”
“Eh, omong-omong Cici masih kenal sama saya nih, padahal udah lama nggak ketemu ya”, godaku.
“Ah kamu, gimana Cici bisa lupa sama murid yang paling bandel.”
Aku jadi agak tersipu malu mengingat peristiwa dulu itu. Dan aku menemaninya belanja sambil ngobrol-ngobrol dengannya. Karena dia juga sedang menganggur, setelah itu aku bersamanya pergi ke tepi laut dengan mobilku, melihat laut kadang-kadang membuat hati yang galau terasa lebih segar. Di sana kami ngobrol-ngobrol sampai tak terasa sudah hampir jam 6 malam. Tanpa disadari hubungan kami sudah seperti orang berpacaran saja walaupun dia lebih tua 4 tahun dariku dan pernah menjadi guru lesku.
“Wah Ci udah malam nih kita cari makan dulu yuk, lapar nih”, kataku padanya, dia setuju dan kami pun mencari restoran dan makan di sana.
“Ko Willy (pacarnya red) kapan pulang Ci, kasihan kan Cici sendirian terus”, tanyaku di restoran.
“Minggu ini dia diwisuda kok, jadi paling 2 minggu lagi pulang.
“Selamat ya Ci, kalau married nanti undang saya ya!” kataku bercanda.
“Ah, bisa kamu Hans, nikahnya sih belum tau kapan.”
Sesudah pesanan datang, kami makan. Teringat masalah dengan pacarku, aku memesan bir, tanpa sadar aku telah menghabiskan 3 botol dan mulai merasa pusing. Ci Fiona menyuruhku berhenti minum. “Hans apa-apaan sih kamu minum sampai begini, sudah.. sudah jangan minum lagi.” Aku memanggil pelayan dan membayar bonnya. Karena keadaanku yang sudah setengah sadar maka Ci Fiona yang menyetir mobil mengantarku pulang. Agar orang tuaku tidak mendapatiku sedang mabuk, aku memintanya agar pulang ke rumahku yang di kompleks (aku mempunyai 2 rumah, 1 ruko, tempat keluargaku biasa tinggal, 1 lagi di kompleks perumahan, yang ini berfungsi untuk gudang dan rumah tinggal, jarang ditinggali, biasa kupakai kumpul-kumpul dengan teman dan barang-barangku juga banyak disimpan di sana). Siangnya aku juga sudah bilang pada orang tuaku bahwa aku mungkin tidur di rumah ini, jadi tidak usah kuatir kalau tidak pulang ke ruko.
Di rumah tidak ada siapa-siapa, aku masuk ke ruang tamu dengan sempoyongan dituntun olehnya dan menjatuhkan diri di sofa.
Contents
Ci Fiona, Mantan Guru Lesku—1
Cintaku Untuk Bu Lina—23
Memes dan Tukang Kebun—43
Nafsu Liar Sumiati, si Gadis Lugu—61