***
“Tuntaskan aku. Kamu harus bertanggung jawab.” (Bab 1, Gairah di Bawah Selimut Malam)
Aku berbaring di kegelapan, di samping suamiku, merasakan kekosongan yang begitu akrab hingga rasanya seperti bagian dari diriku sendiri. (Bab 2, Pagi yang Hambar)
Dia hanya tidak tahu, bahwa di surga kecil yang sedang ia bangun, seekor ular sudah menemukan jalan masuk ke dalam hatinya. (Bab 3, Langit Bali yang Mendung)
Mereka tidak terlihat seperti pelanggan biasa. Mereka terlihat seperti badai yang berjalan dengan dua kaki. (Bab 4, Badai yang Datang Bertamu)
Otakku menjerit ‘tidak’, tapi vaginaku yang basah kuyup adalah seorang pengkhianat. (Bab 5, Teror di Ujung Penis)
Fantasiku bukan lagi tentang cinta yang lembut; fantasiku adalah tentang penaklukan brutal, tentang rasa sakit yang melahirkan kenikmatan terlarang. (Bab 6, Fantasi dalam Kobaran Api)
Malam itu, di atas meja bar yang dingin dan keras, sesuatu dalam diriku pecah berkeping-keping. (Bab 7, Penaklukan Total)
Aku adalah budak. Budak dari hasratku sendiri. Budak dari kontol-kontol raksasa yang memberiku kenikmatan yang tak pernah bisa kudapatkan dari pernikahanku. (Bab 8, Candu yang Menyakitkan)
Jika tubuhku adalah satu-satunya hal yang mereka inginkan, maka tubuhku akan menjadi senjata terkuatku. (Bab 9, Benih Sebuah Rencana)
Aku tidak lagi hanya sekadar objek dari nafsu mereka; aku adalah konduktornya. Aku yang mengatur tempo, aku yang menentukan nadanya. (Bab 10, Memainkan Sang Predator)
Mereka pikir mereka sedang membeliku, tetapi sebenarnya, aku sedang membeli jalan keluarku. (Bab 11, Harga Sebuah Kepuasan)
Ada sebuah tembok tak kasat mata di antara mereka, sebuah topeng indah yang dikenakan istrinya, yang retakannya mulai terlihat, memperlihatkan kekosongan yang menakutkan di baliknya. (Bab 12, Topeng yang Retak)
Aku mungkin penuh luka, jiwaku mungkin compang-camping, tapi aku bebas. (Bab 13, Tiket Menuju Kebebasan)
***
Di surga tropis Bali, Dini menjalani kehidupan yang tampak sempurna. Ia adalah istri dari Agus, pria baik hati yang mencintainya lebih dari apa pun, dan bersama-sama mereka membangun mimpi di sebuah bar kecil yang hangat. Namun, di balik senyum manis dan tatapan teduhnya, tersembunyi sebuah kekosongan yang menganga. Setiap malam, di kehangatan ranjang pernikahan mereka, Dini berbaring dalam kebisuan, tubuhnya lapar akan sentuhan yang tak pernah datang, jiwanya haus akan gairah yang tak pernah terpuaskan. Ia adalah bunga yang terawat indah, namun layu dari dalam karena tak pernah merasakan badai.
Lalu, badai itu datang. Bukan dalam bentuk angin atau hujan, melainkan dalam wujud dua pria asing berbadan atletis, Michael dan Robert. Mereka melangkah masuk ke dalam dunianya yang tenang dengan arogansi predator, membawa aura dominasi dan hasrat mentah yang begitu kuat hingga Dini bisa merasakannya di kulitnya. Mereka melihat kerapuhan di balik senyumnya, mencium aroma frustrasi yang terpendam, dan mereka tahu, wanita ini siap untuk dihancurkan. Atau mungkin, untuk dibebaskan.
Apa yang dimulai sebagai teror perlahan berubah menjadi sebuah candu yang mematikan. Sebuah penyerahan diri yang dipaksakan membuka pintu menuju kenikmatan yang begitu brutal dan dalam, hingga meracuni setiap sel tubuhnya. Dini menemukan bahwa tubuhnya memiliki bahasa rahasia yang tidak pernah ia mengerti, sebuah bahasa yang hanya bisa dijawab oleh rasa sakit dan penaklukan. Di tangan kedua pria itu, ia menemukan neraka yang terasa seperti surga, dan di dalam neraka itu, ia mulai menemukan sisi lain dari dirinya yang menakutkan sekaligus memikat.
Namun, seekor mangsa yang terpojok bisa menjadi lebih berbahaya daripada pemangsanya. Ketika penghinaan menjadi titik baliknya, Dini menyadari bahwa senjatanya yang paling mematikan bukanlah air mata, melainkan tubuhnya sendiri. Ia mulai memainkan permainan mereka, mengubah ranjang dari medan pertempuran menjadi papan catur di mana ia adalah sang ratu. Hasrat mereka menjadi modalnya, ego mereka menjadi pionnya, dan setiap desahan palsu adalah langkah menuju kebebasannya.
Dalam permainan berbahaya antara nafsu dan kekuasaan, siapa yang akan keluar sebagai pemenang? Ketika seorang istri yang baik memutuskan untuk mengambil alih takdir seksualnya, akankah ia menemukan pembebasan yang ia dambakan, ataukah ia akan terbakar habis dalam api yang ia nyalakan sendiri? Dua Pria Asing Pengguncang Ranjang Pernikahanku adalah kisah tentang seorang wanita yang terjun ke dalam jurang tergelap untuk menemukan kekuatannya, di mana setiap sentuhan adalah kebohongan dan setiap orgasme adalah sebuah langkah menuju kehancuran atau kemenangan.
Contents:
Gairah di Bawah Selimut Malam—1
Pagi yang Hambar—17
Langit Bali yang Mendung—33
Badai yang Datang Bertamu—45
Teror di Ujung Penis—59
Fantasi dalam Kobaran Api—77
Penaklukan Total—91
Penaklukan Total—111
Benih Sebuah Rencana—131
Memainkan Sang Predator—143
Harga Sebuah Kepuasan—159
Topeng yang Retak—171
Tiket Menuju Kebebasan—183