Gairah Rina pada Aroma Pustaka

"Setiap kali saya mencium aromanya, tubuh saya jadi aneh. Selangkangan saya basah... puting saya sakit... pikiran saya jadi kotor. Saya harus... menyentuhnya. Kalau tidak, rasanya saya bisa meledak." — Dari Bab 3: Pengakuan yang Basah

"Aku ingin merasakan kehadiran mereka semua saat Bapak... masuk ke dalam tubuhku. Aku ingin aroma buku-buku menjadi satu-satunya udara yang kita hirup." — Dari Bab 7: Puncak Fantasi Liar

"Ribuan buku berdiri diam, menjadi saksi bisu atas surga singkat yang baru saja kami ciptakan." — Dari Bab 8: Surga di Lantai Perpustakaan

Bagi Haryo, seorang kepala perpustakaan di penghujung usianya, keheningan adalah sebuah anugerah. Dinding-dinding tua dan rak-rak yang menjulang tinggi adalah benteng yang melindunginya dari dunia yang telah lama ia tinggalkan. Setiap buku adalah sahabat, dan aroma kertas tua yang menguning adalah satu-satunya parfum yang menemaninya dalam kesendirian yang damai. Ia pikir dunianya telah selesai, bahwa gairah adalah sebuah bab yang sudah lama tamat, hingga sesosok bayangan pendiam melangkah masuk ke dalam kuilnya yang sunyi.

Namanya Rina. Seorang gadis muda yang tampak begitu biasa, dengan tatapan yang selalu menunduk dan suara yang nyaris tak terdengar. Namun, di balik kepolosannya, tersembunyi sebuah rahasia yang pekat. Haryo melihatnya, cara jemari gadis itu membelai punggung buku bukan untuk membersihkan debu, tapi untuk merasakan teksturnya. Cara ia menunduk di antara halaman-halaman, bukan untuk membaca kata-kata, melainkan untuk meneguk sesuatu yang tak kasat mata. Sebuah aroma yang bagi orang lain adalah bau kertas lapuk, tapi bagi Rina, itu adalah panggilan.

Di lorong-lorong yang remang, di mana cahaya enggan singgah, Haryo akhirnya menyaksikan ritual rahasia itu. Sebuah pemujaan sunyi di mana aroma tinta dan kertas yang menua berubah menjadi afrodisiak paling kuat. Ia melihat bagaimana sebuah tarikan napas dalam bisa membuat tubuh mungil itu bergetar, bagaimana keharuman sebuah buku bisa membuat selangkangan seorang gadis basah kuyup oleh hasrat yang tak terperikan. Penemuan itu seharusnya membuatnya jijik, tapi entah kenapa, ia justru merasakan sesuatu yang telah lama mati di dalam dirinya menggeliat bangun.

Maka, dimulailah sebuah permainan berbahaya di antara dua jiwa yang kesepian. Gairah aneh sang gadis bertemu dengan nafsu terpendam sang pria tua. Setiap sudut perpustakaan yang tadinya suci kini memiliki potensi dosa. Meja baca yang dingin menjadi altar, dan rak-rak buku yang menjulang menjadi saksi bisu dari desahan-desahan yang ditahan dan penyatuan tubuh yang terlarang, semuanya dipicu oleh satu hal: aroma pustaka yang memabukkan.

Di dalam surga kertas mereka, sebuah pertanyaan menggantung: Seberapa jauh mereka akan membawa obsesi ini? Ketika gairah yang lahir dari aroma menuntut lebih dari sekadar sentuhan, akankah hubungan terlarang mereka menciptakan kebahagiaan baru, atau hanya akan membakar mereka hingga menjadi abu di antara halaman-halaman yang mereka puja?

Contents:

Sunyi yang Terusik—1

Suara Desahan di Lorong Gelap—15

Pengakuan yang Basah—27

Aroma yang Memanggil—41

Permainan di Antara Rak—53

Kenikmatan Oral dan Cairan Putih—65

Puncak Fantasi Liar—79

Surga di Lantai Perpustakaan—91

Kebahagiaan 57 Tahun—105

Pintu yang Terbuka—115